[ad_1]

Jakarta, Beritasatu.com – Kini, menurunkan angka stunting generasi muda menjadi agenda setiap negara, mengingat bahwa topik ini merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan poin ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan.

Pada momen Rakernas BKKBN di awal tahun 2023 lalu, Presiden RI Joko Widodo menyebutkan, berdasarkan Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4 persen dibandingkan tahun 2021 menjadi 21,6 persen di tahun 2022.

Pada 2024, angka stunting ditargetkan turun menjadi 14 persen. Pencapaian tersebut tentunya tak lepas dari kolaborasi berbagai pihak. Namun, apakah segala aspek sudah dimaksimalkan dalam intervensi stunting tersebut untuk mewujudkan Indonesia emas 2045?

Dalam menurunkan angka stunting, upaya ini harus dimulai dari kesadaran akan membangun ekosistem rumah yang sehat, air bersih hingga asupan makanan bergizi yang berprotein tinggi dan berkelanjutan. Sebagai negara bahari dan budidaya, Indonesia tentunya mudah untuk mendapatkan makanan bergizi dan protein tinggi yang bisa didapatkan dari ikan. Ironisnya, masih banyak daerah dengan potensi budidaya ikan tinggi namun tingkat stuntingnya pun tinggi. Padahal ikan sebagai sumber protein terbaik dan berkelanjutan, memiliki kelebihan dibandingkan yang lain.

Ikan tidak hanya mengandung protein yang berkelanjutan, namun juga mengandung senyawa alami, yakni PUFA, EPA dan DHA. Sehingga dampaknya dapat mengurangi jumlah prevalensi stunting dengan lebih efektif.

Ketersediaan protein lewat konsumsi ikan baik yang dibudidaya di air tawar atau pun tangkapan laut harus dapat sampai merata di tiap daerah. Bahkan harus menyentuh keluarga yang ada di pelosok, wilayah pinggiran atau daerah marjinal sekali pun.

Agar tujuan ini tepat sasaran dan memenuhi kebutuhan konsumsi ikan di negeri bahari ini, perlu kemampuan sosialisasi teknologi budidaya ikan konsumsi. Dengan gencarnya sosialisasi ke masyarakat, maka kebutuhan sebuah keluarga untuk kebutuhan protein ini dapat terwujud.

Belum banyak masyarakat yang menyadari bahwa banyak jenis ikan baik ikan air tawar maupun ikan laut adalah sumber protein dan mengandung asam amino yang tidak rusak bahkan saat dimasak.

Kendati variatif pada tiap jenis ikan, ada kandungan lemak dan asam lemak tak jenuh yang dapat dicerna dan berguna untuk jaringan tubuh yang selain bermanfaat untuk pertumbuhan anak sekaligus dapat menurunkan kolesterol darah.

Bahkan daya serap – absorpsi – pada protein ikan jauh lebih baik daripada daging lainnya seperti kambing, sapi bahkan ayam karena serat yang ada di daging ikan lebih pendek ketimbang serat daging hewan lainnya sehingga lebih mudah untuk dicerna.

Selain Protein, juga ada Unsur Vitamin dan Mineral

Di dalam daging ikan terkandung vitamin A, D, Thiamin, Riboflavin,dan Niacin. Ikan menyimpan mineral yang sama banyaknya dengan mineral yang ada di dalam susu seperti kalsium dan phosphor.

Sosialisasi mengosumsi ikan ini gencar dilakukan lantaran tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih rendah. Beberapa faktor yang juga ditengarai menjadi penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan di Indonesia, yaitu seperti kurangnya pemahaman masyarakat tentang gizi dan manfaat protein ikan bagi kesehatan dan kecerdasan.

Faktor lainnya adalah rendahnya suplai ikan, khususnya ke daerah-daerah pedalaman akibat kurang lancarnya distribusi pemasaran ikan. Kemudian, belum meratanya teknologi budidaya ikan sehingga menyebabkan terbatasnya segi kualitas maupun kuantitas ikan di daerah-daerah.

Kolaborasi Hulu Hingga Hilir

Permasalahan dan tantangan untuk mewujudkan pemenuhan gizi dan ketahanan pangan Indonesia berkelanjutan bersifat multifaktor, mencakup aspek ekonomi, sosial, politik, dan lingkungan. Indentifikasi permasalahan dan tantangan tersebut dapat dilakukan melalui analisis supply and demand. Kebutuhan ini harus disadari dan diupayakan oleh setiap elemen masyarakat termasuk stakeholder yang berkaitan dengan upaya ini.

Kolaborasi komunitas, pemerintah dan bisnis sepatutnya dapat ditingkatkan dengan melibatkan perusahaan teknologi akuakultur seperti eFishery yang baru saja mendapatkan penghargaan di ASEAN Business Awards 2023 pada kategori Food Security. Upaya ini jelas dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ikan budidaya dari segi ukuran, jenis hingga mempersingkat waktu panen sehingga para pembudidaya dapat lebih mudah menjual hasil panennya.

Dukungan terhadap para komunitas pembudidaya seperti kemudahan pakan ikan dengan harga terjangkau merupakan hal esensial bagi para pembudidaya.

Sayangnya di tengah terobosan ini kerap ada tantangan yang dialami para pembudidaya tradisional, yang akhirnya terlilit hutang karena ingin meningkatkan skala produksi. Masalah ini berdampak pada tingginya harga jual hingga gagal bayar dan menyebabkan mereka kehilangan aset kolam budidaya mereka.

Maka itu, keberadaan program pinjaman tanpa jaminan bagi para pembudidaya yang dikonversikan menjadi poin pembelian sarana produksi perikanan yang juga telah dimiliki oleh eFishery dengan close loop lending yang ada di platformnya ini sangat membantu para komunitas pembudidaya dari hulu hingga ke hilir.

Ketahanan Pangan dan Keberlanjutan Generasi

Pemenuhan gizi yang baik dan ketahanan pangan adalah salah satu tonggak pembangunan negara karena pada akhirnya anak-anak lah yang pada masa depannya akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan bangsa di masa depan.

Oleh karena itu, masalah kerawanan pangan sangat erat kaitannya dengan keberlanjutan generasi dan kekuatan sebuah negara. Ketahanan pangan dan gizi merupakan satu kesatuan, dimana gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin pada acara Diseminasi Global Nutrition Report (GNR) menyebutkan bahwa penduduk suatu bangsa yang memperoleh gizi cukup akan tumbuh dan berkembang secara optimal. Implikasinya, akan terlahir penduduk yang memiliki kualitas yang baik, dan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dan inilah yang merupakan unsur utama dalam pembangunan suatu bangsa. Keberlanjutan ini tidak hanya berbicara lima tahun, sepuluh tahun ke depan.

Apakah Indonesia telah benar-benar menuntaskan kerawanan pangan secara holistik yang bisa berdampak pada puluhan generasi mendatang? Di tengah isu ini, menjadi tantangan bagi pemerintah untuk dapat berfokus pada peningkatan budidaya bidang perikanan, membantu para komunitas pembudidaya dengan berkolaborasi dengan para praktisi teknologi akuakultur untuk bersama-sama mengurai masalah dan meramu solusi dari produksi hingga ke penyerapan.

Tentunya menuju 100 tahun Indonesia Emas 2045 kita berharap visi Indonesia untuk menjadi salah satu negara maju dengan ekonomi terbesar di dunia nomor 4 dapat tercapai dan tidak hanya menjadi fatamorgana. Tujuan besar ini sekali lagi tentunya sangat bergantung pada kualitas gizi keluarga, ibu hamil terutama anak-anak saat ini.

Untuk itu, siapapun pemimpin Indonesia nanti, penguatan usaha pembudayaan ikan dari hulu ke hilir untuk ekosistem akuakultur sangatlah penting diwujudkan. Tujuannya agar peningkatan penyerapan protein ikan semakin membaik, angka stunting makin rendah dan kualitas hidup masyarakat Indonesia semakin meningkat.

[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *