[ad_1]

RM.id  Rakyat Merdeka – Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti tantangan kesehatan di tahun 2024, di hari pertama penanggalan baru, Senin (1/1/2024). 

Tahun 2023 yang baru berakhir adalah tahun ke-75 World Health Organization (WHO) berkiprah menyehatkan dunia, sejak mulai berdiri pada tahun 1948.

Menurut Prof. Tjandra, ada lima catatan penting kesehatan dunia di tahun 2023, yang disebut sebagai tahun penuh capaian dan tantangan kesehatan dunia. Semuanya, terkait dengan apa yang perlu kita lakukan di tahun 2024.

Pertama, pada Mei 2023, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan, Covid-19 tak lagi berstatus darurat kesehatan global (no longer public health emergency of international concern).

“Ini adalah keputusan amat penting, setelah dunia mengalami dampak amat buruk dari pandemi Covid-19 selama tiga tahun, yang oleh WHO disebut dengan three years of crisis, pain and loss for people everywhere (tiga tahun krisis, kesedihan, dan tingginya angka kematian, Red),” kata Prof. Tjandra yang juga Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020.

Selain itu, WHO juga telah menetapkan, wabah cacar monyet (M-POX) bukan lagi kedaruratan kesehatan global. 

Baca juga : Malam Tahun Baru, KAI Commuter Siapkan 24 Perjalanan Tambahan, Ini Rinciannya

“Kita tentu berharap, kalaupun ada wabah di tahun 2024, dapat diantisipasi dan ditangani dengan lebih baik,” ucap Prof. Tjandra.

Kedua, pada tahun 2023, WHO juga menyetujui penggunaan vaksin baru untuk penyakit malaria, dengue dan meningitis.

Ketiga penyakit ini tak hanya mengancam kesehatan jutaan masyarakat dunia, tetapi juga menjadi masalah kesehatan penting di negara kita, Indonesia.

Tahun lalu, ada tiga negara yang dinyatakan bebas malaria, yaitu Azerbaijan, Tajikistan dan Belize. Beberapa penyakit tropis terabaikan (neglected tropical diseases – NTD) dilaporkan tereliminasi di beberapa negara, seperti penyakit tidur (sleeping sickness in) di Ghana, Trachoma di Benin, Mali dan Iraq, serta kaki gajah (lymphatic filariasis) di Bangladesh dan Laos.

“Tentu, kita juga amat mengharapkan, agar di masa mendatang, di tahun 2024 dan tahun-tahun mendatang, negara kita juga dapat mengeliminasi beberapa penyakit menular, yang sampai sekarang masih jadi masalah kesehatan bangsa,” ujar Prof. Tjandra.

Ketiga, saat ini ada tambahan 30 negara yang mengintroduksi vaksin human papilloma virus (HPV) dalam kerangka upaya bersama untuk mengeliminasi kanker leher rahim (cervical cancer).

Baca juga : Srikandi PLN UIP Jawa Bagian Barat Gelar Program Peningkatan Kesehatan Di Cinere

Di sisi lain, penyakit kolera juga menjadi perhatian dunia pada tahun 2023. Sepanjang tahun lalu, dilaporkan ada lebih dari 40 wabah kolera.

Keempat, pada tahun 2023, pimpinan negara-negara dunia juga menyepakati berbagai kebijakan penting, untuk mengatasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim (climate change), serta berkomitmen untuk terus mengembangkan universal health coverage (UHC), serta upaya keras untuk mengatasi tuberkulosis dan proteksi untuk antisipasi pandemi yang akan datang.

Perlu diketahui, sampai sekarang, dunia belum sepenuhnya siap untuk mengendalikan kemungkinan pandemi di masa datang. Masih banyak yang diperlukan untuk kesiapan dan respons terhadap masalah kesehatan dunia.

“Dalam hal ini perlu dicatat, bahwa kita semua berharap, agar aturan baru yang dikenal dengan nama Pandemic Accord, dapat disetujui di tahun 2024. Aturan ini ditujukan untuk meningkatkan kerja sama kesehatan global serta kesetaraan antar negara,” tutur Prof. Tjandra yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI.

Pandemic Accord dan upaya memperkuat International Health Regulations (IHR) pada tahun 2024, merupakan upaya monumental untuk membangun dunia yang lebih aman dan sehat.

Kelima, pada tahun 2023, dunia mengalami berbagai peristiwa kesehatan menyedihkan. Di Gaza, misalnya. WHO mencatat, lebih dari 20 ribu orang terbunuh danlebih 53 ribu mengalami luka-luka. Belum lagi, serangan terhadap rumah sakit dan petugas kesehatan di sana.

Baca juga : Pengalaman Bangun 4 RSUD, Bang Zaki Siap Benahi Kesehatan Warga Jakarta

Data WHO per 22 Desember 2023 menunjukkan, dari total 36 fasilitas pelayanan kesehatan di Gaza, hanya 9 yang berfungsi. Itu pun, tidak sepenuhnya. Di bagian Utara, hanya ada 4 fasilitas yang memberikan pelayanan kesehatan dasar.

Selain itu, juga ada dampak kesehatan akibat perang di sekitar Suriah, serta berbagai bencana alam yang terjadi di berbagai belahan dunia. Salah satu yang fatal adalah gempa Turki pada Februari 2023.

Khusus dampak kesehatan akibat perang, WHO menyatakan perlunya perdamaian untuk kesehatan. Agar perdamaian dunia bisa terwujud, status kesehatan yang baik mutlak dibutuhkan. Without peace, there is no health, and without health there can be no peace (Tanpa perdamaian, tak ada kesehatan yang bisa dicapai. Tanpa kesehatan, tak ada perdamaian yang bisa diwujudkan, Red). 

“Selamat tinggal 2023, selamat datang 2024. Semoga derajat kesehatan bangsa Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi di tahun 2024. Mulailah dari diri sendiri, prioritaskan pola hidup sehat dalam kehidupan kita,” ujar Prof. Tjandra.

“Tahun 2024 juga akan ada pemerintahan baru di negara kita, yang kita harapkan dapat memberi porsi penting dalam pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,” pungkasnya.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *