[ad_1]
PolMark Research Centre, Eep Saefulloh Fatah dalam acara Ngobrolin People Power 14 Februari 2024 Bersama Masyarakat Jurdil di TPS (Tempat Perlawanan Serentak) yang diselenggarakan Santri Spartan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (26/1/2024). FOTO/MP
Hal tersebut dikatakan Eeep dalam acara Ngobrolin People Power 14 Februari 2024 Bersama Masyarakat Jurdil di TPS (Tempat Perlawanan Serentak) yang diselenggarakan Santri Spartan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (26/1/2024).
“Beberapa hal umum yang pertama saya menyaksikan Pak Jokowi ingin menang tetapi tidak ingin menggunakan cara demokrasi. Ini kesimpulan yang pertama. Saya bisa salah, tetapi sejauh ini itulah kesimpulan yang tepat yang bisa saya rumuskan,” ucapnya.
“Pilpres ini adalah pilpres yang paling brutal sepanjang sejarah reformasi,” sambungnya.
Eep mengakui Jokowi selalu menang dalam setiap pesta demokrasi, mulai Pilkada Solo tahun 2005 hingga ke Pilpres 2019. Namun di Pilpres 2024, Eep menilai cawe-cawe Jokowi sudah sangat kelewatan.
“Kesimpulan yang kedua, sepanjang sejarah reformasi, terutama sejak pilpres langsung 2004, di 2024 pertama kali kita menyaksikan presiden cawe-cawe dengan amat sangat jauh. Saya tidak perlu berdebat tentang ini karena Pak Jokowi sudah mengakui. Kesimpulan kedua, ada keterlibatan presiden yang sangat jauh,” kata Eep.
Dia menjelaskan, ketika seorang ingin menang tanpa mengikuti aturan demokrasi berarti ada sistem yang telah dirusak. Sebab, demokrasi yang sudah matang salah satu cirinya ketika semua orang mengakui dan menjalani aturan yang berjalan.
“Ketika ingin menang tetapi tidak ingin menggunakan cara demokrasi berjalan ada yang salah dengan sistem, mekanisme, aturan insitusi politik yang kita miliki. Ini harus dibenahi,” kata Eep.
[ad_2]
Source link