[ad_1]
TEPAT tanggal 14 Februari 2024 mendatang akan dilaksanakan pemilu serentak di Indonesia. Pemilu 2024 ini akan diikuti oleh 18 Partai Nasional dan 6 partai lokal Aceh. Pemilu 2024 ini akan lebih seru jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya 2014 dan 2019 secara berturut capresnya adalah Joko Widodo vs Prabowo Subianto.
Secara berturut-turut pemilihan Presiden tersebut dimenangkan oleh Joko Widodo. Pemilihan Presiden kali ini sedikit berbeda jika dibandingkan dengan pemilihan Presiden 2014 dan 2019 yang diikuti oleh dua calon saja.
Sedangkan pada tahun 2024 ini terdapat tiga calon Presiden diantaranya paslon (pasangan calon) 1 yaitu Anis Baswedan-Cak Imin yang di usung oleh Partai Nasdem, PKB dan PKS. Sementara paslon urut 2 Prabowo-Gibran yang di usung oleh Partai Gerindra, Golkar, PAN dan Demokrat.
Sedangkan paslon urut 3 yaitu Ganjar-Mahfud yang diusung oleh PDIP dan PPP. Dari ketiga calon presiden tersebut nantinya akan dipilih langsung oleh masyarakat Indonesia dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada tahun 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih.
Suatu hal yang menarik untuk dibahas terhadap kontestasi Pilpres 2024 bahwa adanya dukungan serta antusias yang luar biasa bagi ketiga capres tersebut yang membuat kontestasi ini kian memanas. Dukungan kepada capres ini tidak hanya dilakukan oleh partai pengusung saja, namun dukungan capres ini juga ada pada masyarakat.
Ini menunjukkan bahwa, semangat demokrasi yang ditanamkan oleh pejuang bangsa masih terus mengalir hingga kini pada masyarakat Indonesia. Akan tetapi, dukungan kepada capres ini menjadikan masyarakat terkotak-kotak dengan mendukung setiap paslon yang ada.
Bahkan, penulis acap kali mendengar di setiap momen selalu ada perdebatan atas pilihan dan argumennya masing-masing yang membuat kata-kata kotor atau bahkan makian keluar dari mulut masyarakat baik kepada pendukung ataupun kepada capres.
Tidak luput pula perdebatan juga ada di sosial media (Facebook, Instagram, Twitter, dll) yang seharusnya digunakan untuk mendapatkan informasi malah dijadikan ajang debat tak berujung pada kolom komentar.
Di satu sisi, perdebatan atas pilihan capres itu bagus, sebagai ajang bagi masyarakat untuk membuka ide, membuka wawasan, maupun mempertahankan argumen atas pilihannya masing-masing. Disisi lainnya, perdebatan juga dapat membuat perpecahan di tengah masyarakat yang harmonis ini.
Bahkan tidak jarang pula terdengar oleh penulis ketika adanya perdebatan terhadap pilihan maka keluar kata-kata men-judge seseorang dengan kalimat “Kalau pilihan kita beda, berarti kau bukan kawan ku”, atau “Apa prestasi dia (paslon) tu hingga kau pilih dia”.
Apalagi menyangkut dengan pilihan yang membawa ke arah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) dengan mengatakan “ngapain kau pilih dia, dia kan orang ini.. orang itu,.. dan sebagainya”. Ucapan yang sensitif tidak seharusnya dibicarakan dan mengutamakan perbedaan tanpa menjelekkan personal capres.
Suatu hal yang menjadi perhatian lainnya adalah berita hoaks di sosial media terhadap capres-capres yang ada saat ini yang dilakukan oleh lawan politik atau sengaja dibuat oleh orang yang tidak bertanggungjawab atas berita hoaks tersebut.
Hoaks atau biasa disebut dengan “berita bohong” acap kali dijadikan senjata untuk menjatuhkan lawan politik dengan cara mencari kelemahan dan kejelekan-kejelekan yang tidak ada, sehingga diharapkan paslon yang didukung menang dalam kontestasi politik.
Terkadang berita hoaks yang tidak dicerna oleh sebagian masyarakat dapat memberikan dampak buruk paslon itu sendiri karena bisa saja fitnah atau bohong.
Dewasa ini, media sosial merupakan salah satu cara untuk menyebarkan segala macam informasi benar atau salah. Hoaks atau berita bohong menjadi penyebaran informasi yang sangat mudah didapatkan oleh masyarakat, dan informasi tersebut dapat memberikan dampak perpecahan antar warga masyarakat Indonesia di tengah panasnya atmosfer politik 2024.
Oleh sebab itu, adanya perbedaan pilihan dan informasi hoaks harus disikapi oleh setiap warga masyarakat secara bijak. Jangan sampai perbedaan pilihan menjadikan masyarakat pecah.
Pasalnya, tidak jarang perbedaan pandangan, perbedaan pilihan, atau informasi hoaks memberikan dampak buruk antar warga masyarakat yang dapat menimbulkan sentimen yang berujung pada perkelahian hanya gara-gara perbedaan pilihan dan informasi hoaks yang disampaikan kepada pendukung lain.
Menyikapi hal tersebut tentu harus diantisipasi dengan bijak oleh warga masyarakat Indonesia agar lebih mengedepankan perbedaan atas pilihan masing-masing warga dan bijak dalam menerima informasi.
Adanya perbedaan pandangan, pendapat dan pilihan adalah sesuatu hal yang wajar di tengah masyarakat Indonesia yang heterogen ini.
Adanya capres dan cawapres ini tentu hal yang wajar pula ketika individu memilih sesuai dengan keinginan pribadi tanpa adanya paksaan sebagaimana tercantum dalam Pasal 43 Ayat (1) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang berbunyi, “setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Bahkan dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 telah dinyatakan “bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”.
Artinya, individu masyarakat bebas untuk memilih dan dipilih oleh orang lain, tanpa adanya paksaan atau sentimen kepada siapa individu memilih.
Sebagai warga masyarakat perlu membuka pemikiran yang bijak dalam menerima informasi dengan melakukan pengecekan akan kebenaran berita-berita yang beredar, baik berita yang disampaikan oleh orang lain secara langsung ataupun berita yang ada di media sosial.
Pentingnya pengecekan ini adalah untuk meyakinkan apakah berita yang didapatkan benar atau tidak, asli atau palsu agar terhindar dari berita hoaks. Adanya media sosial memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mencari berbagai informasi yang tidak hanya didapatkan dari satu sumber saja.
Dengan demikian, adanya berita atau informasi tidak langsung ditelan mentah-mentah oleh masyarakat tanpa mencari sumber lain. Apalagi di tengah panasnya politik 2024 ini tidak sedikit informasi atau berita hoaks tentang capres beredar di masyarakat dan media sosial.
Oleh sebab itu, kontestasi politik 2024 ini kita sambut dengan semangat saling menghargai perbedaan pilihan agar tercipta masyarakat yang rukun. Gunakan hak suara untuk mendukung pilihan yang kita inginkan tanpa terpengaruh terhadap informasi hoaks capres yang beredar dewasa ini. (*)
[ad_2]
Source link