[ad_1]

Jakarta, CNBC Indonesia – Pemenang pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan sangat bergantung dengan perolehan suara di Pulau Jawa. Pasalnya, suara dari ketiga provinsi terbesar di Jawa (Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah) berkontribusi hampir setengah dari total suara sah berdasarkan hasil Pemilu 2019. 

Perolehan suara tiga provinsi ini mencapai 47,7% pada Pilpres 2019 atau mencapai 73,1 juta suara sah. Penguasaan suara di mayoritas wilayah penting akan menentukan kemenangan dari suatu partai politik.

Tentunya, setiap pasangan Capres dan Cawapres akan ‘bertempur’ untuk memenangkan suara di ketiga provinsi ini. Koalisi partai juga cenderung memilih pasangan calon (paslon) yang memiliki latar belakang historis dengan wilayah penting di provinsi Jawa untuk mengangkat suara.
Fakta ini menjadikan faktor adanya istilah “Presiden Indonesia harus berasal dari etnis Jawa”, mengingat besarnya suara di wilayah ini.

Bakal calon presiden (bacapres) dan bakal wakil calon presiden (bacawpres) yang akan maju ke pemilihan presiden (pilpres) 2024 sudah lengkap.
Bacapres dari Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto akan menggandeng Gibran Rakabuming Raka.
Bacapres dari PDI-Perjuangan Ganjar Pranowo akan maju bersama Mahfud MD. Sementara itu, Anies Baswedan yang didukung Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Kebangkitan Bangsa akan maju bersama Muhaimin Iskandar.

Enam bacapres dan bacapres tersebut semuanya lahir di Pulau Jawa. Karena itulah perebutan pemenang Jawa menjadi penting.

Selain itu, salah satu indikator yang dapat menjadi acuan kemenangan pasangan calon (paslon) adalah peta kekuatan dari koalisi partai politik dibalik paslon tersebut. Sebagai catatan, terdapat tiga koalisi dari ketiga paslon Pemilu 2024 nanti.

Prabowo-Gibran mendapat dukungan dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) dengan dukungan partai parlemen Gerindra, Golkar, Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN). Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mengusung Anies-Muhaimin mendapatkan dukungan dari partai parlemen yaitu NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Sementara itu, Ganjar-Mahfud mendapatkan dukungan kuat dari partai parlemen, yakni PDIP dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Perindo, dan Hanura.

PDIP menjadi partai penguasa dari total akumulasi ketiga provinsi tersebut, bahkan mencapai 13,3 juta suara. Partai yang mengusung bakal calon presiden (bacapres) juga menguasai provinsi yaitu Jawa Tengah dengan perolehan 5,7 juta atau menguasai 30% suara Jateng.

PKB berada di posisi kedua dari keseluruhan suara di ketiga provinsi dengan total perolehan 8,8 juta. Partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menguasai Jawa Timur dengan menang tipis dari PDIP dengan perolehan 4,2 juta atau setara 19,41% dari total suara Jatim.

Gerindra berada di peringkat ketiga dari total suara di tiga Provinsi Jawa dengan perolehan 8,3 juta. Partai yang mengusung bacapres Prabowo Subianto ini menguasai Jawa Barat dengan perolehan 4,2 juta suara atau 17,6% suara di Jawa Barat.

Data terlampir menunjukkan hasil suara partai dari Pemilu Legislatif 2019. Pesta demokrasi 2024 nanti tentu saja akan berbeda dengan hasil lima tahun lalu dari sisi jumlah pemilih serta kecenderungan pemilih.

Perlu dicatat pula jika pemilih ataupun pendukung partai tertentu belum tentu akan memilih capres yang diusung partai mereka. Dengan demikian, kekuatan koalisi partai belum tentu bisa diterjemahkan kepada seberapa besar perolehan suara dari pendukung partai.

Data historis dapat digunakan sebagai bahan perkiraan. Berikut data lengkap perolehan suara tiap partai pada Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

(mza/mza)

[Gambas:Video CNBC]


[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *