[ad_1]
Jakarta, CNBC Indonesia – Peran perempuan sebagai penentu pemenang pemilihan Umum (Pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres) 2024 sangat besar mengingat besarnya demografi wanita. Berdasarkan data Lemhanas, pesta demokrasi yang akan berlangsung dalam 54 hari mendatang menunjukkan perbedaan signifikan dalam jenis kelamin pemilih.
Strategi memenangkan suara rakyat menjadi kunci utama, dan pemahaman terhadap fakta demografi calon pemilih menjadi langkah penting dalam merancang kampanye.
Menurut data yang diterbitkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kampanye politik diartikan sebagai upaya merebut suara rakyat dengan menggunakan strategi komunikasi yang tepat.
Jurnal tersebut juga menyoroti strategi kampanye politisi muda sebuah partai politik yang mencakup penentuan target suara. Segmen pemilih dan perilaku pemilih menjadi fokus penting dalam meningkatkan elektabilitas.
Segmentasi pemilih dapat menjadi kunci untuk memperkirakan suara yang diperoleh dan merancang strategi kampanye yang lebih efektif.
Selain itu, perhatian tertuju pada tingkat partisipasi pemilih atau yang biasa disebut sebagai turnout votes, yang masih berada di bawah ambang batas. Masalah ini diyakini terkait dengan kurangnya edukasi bagi pemilih.
Pemilu 2024 juga ditandai dengan perbedaan proporsi pemilih muda dan perempuan yang mendominasi.
Selain itu, data demografi jenis kelamin pemilih pada Pemilu, seperti yang dikutip dari Lemhannas RI, menunjukkan dominasi suara perempuan dengan potensi suara lebih banyak, mencapai sekitar 365,59 ribu.
Jumlah pemilih wanita mencapai 102,58 juta, sedangkan pemilih pria sekitar 102,22 juta potensi suara. Persentase pemilih perempuan dan laki-laki adalah 50,09% dan 49,91%, dengan Jawa (50,26%), Bali (50,82%), dan Sulawesi (50,43%) menjadi tiga titik dominasi suara wanita.
Terkait pemilih perempuan, Dr. Sunni, akademisi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, menjelaskan suara perempuan dianggap penting dalam Pemilihan Umum karena cenderung memiliki loyalitas terhadap pilihannya.
“Karenanya perempuan harus menjadi pemilih yang cerdas, jangan mudah mempercayai hoax yang beredar di media sosial, dan perempuan juga harus bisa mengawal perhitungan suara sampai dengan tabulasi,” kata Dr.Sunni dalam paparannya pada acara “Partisipasi Perempuan Dalam Menyongsong Agenda Demokrasi Pemilihan Umum Serentak 2019″, dikutip dari website resmi pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Selain itu, demografi perempuan dan laki-laki memiliki pilihan yang memiliki perbedaan signifikan berdasarkan hasil surveiLembaga Survei Indonesia (LSI) dan Poltracking. Hasil survei LSI menunjukkan pemilih perempuan memiliki persentase dukung lebih unggul untuk kubu Prabowo-Gibran dibanding laki-laki.
Sedangkan, pemilih laki-laki memiliki tingkat dukungan lebih tinggi secara persentase untuk Anies-Muhaimin dan Ganjar Mahfud dibanding perempuan. Selain itu, demografi perempuan memiliki kecenderungan tidak menjawab survei lebih tinggi secara persentase. Demikian pula, hasil survei Poltracking juga menunjukkan hal serupa.
Perbedaan hasil survei terlihat dari urutan berdasarkan persentase dukungan terbesar dari setiap pasangan calon.
Perlu dicatat, hasil survei tidak dapat menggambarkan keadaan sebenarnya 100%, pasalnya survei menggunakan sampel dan metode yang beragam dengan adanya tingkat margin of error. Selain itu, masih terdapat suara yang memilih tidak menjawab hasil survei. Dan lagi, terdapat kemungkinan perilaku pemilih yang berganti kubu dukungannya selama 54 hari menjelang Pemilu.
Analisis elektabilitas calon presiden dan wakil presiden perlu mempertimbangkan dinamika ini untuk meraih dukungan maksimal dari segmen pemilih laki-laki dan perempuan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)
[ad_2]
Source link