[ad_1]
Minggu, 21 Januari 2024 | 14:51 WIB
Aryo Pandu Wicaksono / TCE
Ilustrasi foto sawah. (Antara)
Jakarta, Beritasatu.com – Harga pangan memiliki dampak pada produsen dan konsumen. Harga ini merujuk pada rata-rata tingkat harga untuk makanan dalam tingkat negara, wilayah, dan global.
Nominal harga melihat karena adanya proses produksi pangan, yang terdapat pada pemasaran pangan dan distribusi pangan. Fluktuasi pada harga-harga pangan tersebut ditentukan oleh sejumlah faktor.
Faktor-faktor ini meliputi, peristiwa geopolitik, tuntutan global, nilai tukar, kebijakan pemerintah, penyakit, ladang penanaman, biaya energi, ketersediaan sumber daya alam untuk pertanian, spekulasi pangan, perubahan dalam pemakaian tanah, dan keadaan cuaca.
Terlebih pada 2023, banyak faktor yang menyebabkan bencana pangan di seluruh dunia, yang meliputi konflik, masalah ekonomi, perubahan iklim ekstrem, dan kenaikan harga pupuk.
Menurut Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP), lebih dari 333 juta orang di 78 negara mengalami kerawanan pangan tingkat akut. Tingkat ini hampir 200 juta lebih tinggi dari tingkat sebelum pandemi Covid-19.
WFP menyatakan berbagai faktor berkontribusi pada krisis pangan ini. Sebanyak 70% orang yang menderita kelaparan di dunia tinggal di wilayah yang terdampak konflik atau kekerasan.
Selain itu, perang di Ukraina juga turut mengganggu produksi dan ekspor pupuk global yang mengurangi pasokan, menaikkan harga, dan mengancam panen. Akibatnya, harga pupuk global meningkat drastis.
Produksi beras, kedelai, jagung, dan gandum turun pada 2022. Hal ini karena harga pupuk yang tinggi dapat menyebabkan harga pangan menjadi tidak stabil.
Di Indonesia, permasalahan sosial seperti kenaikan harga pangan sering kali memengaruhi kehidupan masyarakat. Perubahan iklim, infrastruktur pertanian yang kurang memadai, dan kebijakan perdagangan pangan juga dapat menjadi penyebab kenaikan harga pangan.
Sebagian besar masyarakat dapat merasakan dampak kenaikan harga pangan, termasuk penurunan asupan gizi yang dibutuhkan, pengurangan daya belanja masyarakat, dan penurunan daya beli. Kenaikan harga pangan juga dapat memengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat, terutama bagi mereka yang bekerja sebagai buruh dan petani.
Kenaikan harga pangan memang menjadi perhatian utama dalam agenda pemilihan presiden (Pilpres) 2024 bagi ketiga pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Ketiga paslon tersebut memiliki visi dan misi yang berkatian dengan permasalahan harga pangan.
Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar
Pada misi pertama mereka, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar mengusulkan “8 Jalan Perubahan” untuk memastikan ketersediaan kebutuhan pokok dan biaya hidup yang rendah melalui kemandirian pangan, ketahanan energi, dan kedaulatan air.
Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka
Pada misi kedua dari delapan misi yang dikenal sebagai “Asta Cita”, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka berusaha untuk meningkatkan pertahanan dan keamanan negara serta mendorong kemandirian bangsa melalui ekonomi kreatif, swasembada pangan, energi dan air, serta ekonomi hijau dan biru.
Ganjar Pranowo – Mahfud MD
Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dalam “8 Gerak Cepat Ganjar Pranowo dan Mahfud MD”, berkaitan dengan upaya “Mempercepat Pembangunan Ekonomi Berdikari Berbasis Pengetahuan dan Nilai Tambah”.
Upaya mereka bertujuan untuk mencapai kedaulatan pangan melalui pangan yang terjamin, terjaga, terjangkau, dan terdiversifikasi.
Ganjar-Mahfud akan mengutamakan sumber pangan lokal untuk mewujudkan industri pangan yang berkelanjutan dan berdaya saing. Keduanya bakal mengubah hasil pertanian menjadi produk bernilai tambah melalui penelitian dan teknologi pangan yang ramah lingkungan.
[ad_2]
Source link