[ad_1]

Argumen

Menurut Arthur N Kruger (1960) dalam buku Modern Debate, Its Logic and Strategy, terdapat dua macam strategi dalam debat yakni strategi menyerang dan strategi bertahan. Strategi menyerang memiliki sejumlah teknik seperti teknik mengejutkan, teknik bertanya balik, teknik provokasi, teknik memotong, teknik antisipasi, teknik melebih-lebihkan, teknik kontradiksi, dan teknik menyangkal.

Sama dengan strategi menyerang, strategi bertahan juga menggunakan beberapa teknik, antara lain teknik mengelak, teknik menunda, teknik mengangkat, teknik berterima kasih, teknik menguraikan, teknik bertanya, teknik kompromi. Teknik ini masing-masing digunakan menyesuaikan situasi yang terjadi saat debat.

Untuk memenangi debat diperlukan argumen yang kuat dalam meyakinkan pikiran orang. Filsuf asal Amerika Ronald Giere menyatakan bahwa, argumen adalah seperangkat pernyataan yang dibagi menjadi dua bagian, yakni premis dan kesimpulan. Definisi argumen sekilas mirip dengan definisi penalaran yang juga terdiri atas premis dan kesimpulan. Pembedanya adalah, argumen memiliki lambang yang lebih konkret seperti bahasa.

Elemen argumen ada enam yakni, dasar (grounds), pendirian (claim), dasar kebenaran (warrant), dukungan (backing), modalitas (modal qualifier), dan sanggahan (rebuttal). Dari enam tersebut terdapat tiga unsur utama yakni dasar, pendirian, dan dasar kebenaran, sisanya merupakan pelengkap.

Model argumen terdiri dari model tradisional dan model Toulmin. Pola argumen pada model tradisional dibedakan dalam empat jenis meliputi pola sederhana, pola kompleks, pola mata rantai, dan pola majemuk. Sementara model Toulmin membedakan dalam lima pola yakni tipe I, tipe II, tipe III, tipe IV, dan tipe V.

Dalam memberikan argumen seseorang bisa melakukan kesalahan yang disebut dengan istilah paralogis dan sofisme. Paralogis adalah kesesatan yang tidak disadari atau tidak disengaja. Kesalahan ini bisa terjadi karena pembicara kurang memahami hukum-hukum penalaran atau faktor lainnya.

Sebaliknya Sofisme adalah kondisi dimana seseorang sengaja menggunakan kesesatan untuk tujuan tertentu. Seorang sofis memiliki dasar-dasar logika dan argumen yang kuat, sehingga bisa menjebak lawan bicara dengan mudah.

Kesalahan dalam argumen dapat terjadi karena bahasa (semantik), dan relevansi antara premis dan kesimpulan. Terdapat berbagai macam kesalahan dalam bahasa. Salah satu contoh adalah kesalahan amfiboli. Kesalahan ini terjadi karena menggunakan kata yang memiliki arti lebih dari satu.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Suasana saat digelar Debat Calon Presiden Pemilu 2024 Putaran Ketiga di Istora Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta (7/1/2024). Ketiga calon presiden yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, hadir dalam acara ini. Ketiga capres tersebut saling adu mengungkapkan gagasan masing-masing akan tema debat yang diangkat. Tema debat capres putaran ketiga ini membahas isu pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri.

Debat Capres 2024

Tiga kandidat calon presiden 2024 memiliki gaya berbeda di panggung debat. Sejumlah pakar menilai Prabowo Subianto cenderung memosisikan diri sebagai petahana karena selain berada dari bagian pemerintahan Prabowo memperoleh elektabilitas paling tinggi dalam berbagai survei. Dua kandidat lain, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo silih berganti menyerang untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas.

Pakar komunikasi politik dari Universitas Airlangga, Suko Widodo, menilai Prabowo memosisikan diri sebagai incumbent karena memang merupakan bagian dari pemerintahan, Anies memosisikan sebagai agen perubahan, sementara Ganjar di antara keduanya. Pada debat pertama Suko melihat ketiga calon sama-sama berani membongkar konsep calon lainnya.

Senada dengan Suko Widodo, Ahmad Khoirul Umam Pengajar Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina, Jakarta, menyebut Prabowo memiliki tingkat elektabilitas relatif lebih solid sehingga tampil bertahan. Umar memaparkan, serangan kepada lawan sangat penting dalam debat untuk menciptakan poin politik guna mendelegitimasi kredibilitas lawan.

Walau serangan dalam debat memiliki poin penting, jika disampaikan berlebihan justru bisa menjadi bumerang. Umar mengingatkan serangan berlebihan berpeluang memunculkan simpati publik terhadap pihak yang dibombardir. Maka, kandidat perlu mencari momentum untuk digunakan pada saat yang tepat.

Dari sisi komunikasi politik, Gun Gun Heryanto Pakar komunikasi politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, menilai ada benang merah dalam gaya komunikasi ketiga capres dari pengamatan dua debat. Gaya Anies lebih terstruktur dengan kekuatan retorika yang sistematis dan diksi yang retoris. Prabowo bergaya dinamis cenderung asertif, langsung ke tujuan, dan menyerang. Sementara Ganjar berusaha menjadi sosok tengah yang peka dan berpengaruh bagi dua kandidat.

Terlepas dari penilaian para pakar, keberadaan debat capres sangat membantu dalam komunikasi politik antara kandidat dengan masyarakat. Selain menjadi instrumen sosialisasi program-program, debat capres berperan besar untuk mengenalkan sosok kandidat dan kemampuan komunikasinya.

Dalam proses politik terdapat empat hal yang mendapat perhatian besar dari partai politik dan kandidat presiden yakni kedekatan dengan pemilih (proximity), program kampanye, kepuasan pemilih, dan loyalitas pemilih. Untuk mewujudkan hal itu komunikasi politik memiliki peran strategis dan penting untuk merebut suara pemilih terutama pemilih labil (swing voters) dan yang belum menentukan pilihan (undecided voters). (LITBANG KOMPAS)

[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *