[ad_1]


Martyasari Rizky, CNBC Indonesia

News

Kamis, 21/12/2023 19:35 WIB





Foto: Di tengah sulitnya mendapatkan pasokan beras dari luar negeri karena adanya sejumlah pembatasan bahkan penutupan keran ekspor beras oleh negara produsen dunia, Indonesia saat ini justru kebanjiran tawaran beras impor sampai 4 juta ton. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi saat ditemui di Media Center Indonesia Maju, Jakarta, Kamis (21/12/2023). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)


Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah sulitnya mendapatkan pasokan beras dari luar negeri karena adanya sejumlah pembatasan bahkan penutupan keran ekspor beras oleh negara produsen dunia, Indonesia saat ini justru kebanjiran tawaran beras impor sampai 4 juta ton.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi saat ditemui di Media Center Indonesia Maju, Jakarta, Kamis (21/12/2023).

Untuk tahun 2024, Arief mengatakan pemerintah telah menugasi Bulog melakukan importasi beras sebanyak 2 juta ton untuk cadangan beras pemerintah (CBP).


Namun, di tengah proses penawaran (bidding) ke negara-negara produsen beras dunia, Indonesia justru ditawari hingga 4 juta ton beras, sehingga Indonesia tidak perlu lagi khawatir kesulitan mencari beras impor untuk memenuhi kuota penugasan impor 2 juta ton di tahun 2024.

“(Perum Bulog) ditugasin 2 juta, 2 juta itu InsyaAllah terpenuhi. Tinggal masuknya ini. Sampai bulan Juni tercapai. Sekarang lagi mau dibuka bidding 2 juta ton, yang nawarin itu sudah 4 juta ton,” kata Arief.




Foto: Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi saat diskusi pangan di Jakarta, Kamis (21/12/2023). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi saat diskusi pangan di Jakarta, Kamis (21/12/2023). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Terkait hal itu, Arief menilai saat ini masyarakat dunia sebenarnya sudah sanggup untuk memberikan berasnya kepada Indonesia, karena tidak semua negara mengalami perubahan iklim (climate change), ada sejumlah negara yang ternyata tidak mengalami hal tersebut.

“Karena climate change itu nggak di semua titik, ada negara-negara seperti India. India di bagian utara produksinya bisa bagus,” ujarnya.

Adapun penawaran beras sejumlah 4 juta ton itu, kata Arief, sudah sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan oleh Perum Bulog. Artinya, harga itu sudah sesuai dengan yang ditetapkan Bulog, dan sudah dikunci di harga tersebut, sehingga harganya tidak akan lebih mahal.

“(Harga beras yang ditawarkan) harus sesuai HPP Bulog, kan kita lock semua. Kalau harga itu kan sudah kita lock, berarti itu harga tertinggi kan, plafon. Kalau belinya di bawahnya lebih bagus, itu yang harus dikerjakan sama Bulog, sehingga nanti kalau ada subsidi, subsidinya itu ringan karena belinya sudah dengan harga yang murah,” tutur Arief.

Sebelumnya, Direktur Bisnis Bulog Febby Novita mengatakan, saat ini pasokan beras ke pasar global sudah semakin ketat. Mengutip data Departemen Pertanian AS (USDA), dia menyebut, stok beras dunia pada akhir tahun 2023 ini diprediksi akan menurun. Menjadi 171,8 juta ton, lebih rendah 2 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari hasil komunikasi dengan sejumlah negara di Asia Tenggara, peluang impor beras kini semakin sulit.

“Hari ini Vietnam itu sudah susah cari beras, harganya udah tinggi banget sehingga kita kan dibatasi harga pembelian luar negeri karena nggak boleh juga terlalu tinggi sehingga isu-isunya di dalam negeri harus kita jaga. Vietnam kemarin dapat, hari ini sudah tinggi, nggak dapat,” sebut Febby dalam Diskusi Forum Wartawan Pertanian, Selasa (31/10/2023).



Saksikan video di bawah ini:

Buka-bukaan Bos Bapanas Soal Impor Beras & Daging Dari India


(dce)


[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *