[ad_1]
tim | CNN Indonesia
Kamis, 11 Jan 2024 21:01 WIB
Tiga calon presiden Taiwan akan bertarung dalam pilpres Taiwan yang akan digelar pada Sabtu (13/1). Foto: AFP/PEI CHEN
Jakarta, CNN Indonesia —
Taiwan akan menggelar pemilihan presiden (pilpres) pada Sabtu (13/1). Pilpres dilakukan di tengah bayang-bayang pengawasan China yang kian ketat beberapa waktu terakhir.
Tiga kandidat calon presiden akan bersaing memperebutkan kursi presiden Taiwan, menggantikan Tsai Ing Wen yang telah menjabat selama dua periode sejak May 2016.
Beberapa isu hangat yang berada dalam pusaran pemilu Taiwan antara lain hubungan dengan China, kebijakan ekonomi, hingga insentif untuk pemuda.
Berikut ini tiga kandidat presiden yang akan bertarung dalam pilpres Taiwan.
1. Lai Ching-te
Lai Ching-te adalah capres Taiwan dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang belakangan unggul dalam jajak pendapat jelang pemilu.
Di pemilu ini, Lai Ching-te berpasangan dengan Hsiao Bi-khim sebagai calon wakil presiden.
Lai yang menempuh studi di Universitas Harvard, pernah duduk di kursi parlemen dan menjabat sebagai walikota di wilayah Tainan.
Sosok Lai disebut lebih blak-blakan dibandingkan Tsai soal kemerdekaan Taiwan. Beijing sebelumnya mengecam Lai dan Hsiao, menyebut keduanya sebagai “duo kemerdekaan yang berbahaya”.
Dalam kampanyenya, Lai berjanji akan memberikan dukungan yang “tak tergoyahkan” untuk mempertahankan status quo di Selat Taiwan.
“Perdamaian tidak ternilai harganya. Saya bersedia membuka pintu pertukaran dan kerja sama dengan China, dengan syarat kesetaraan dan martabat,” ujar Lai dalam kampanyenya beberapa waktu lalu.
Dia juga berjanji akan menaikkan gaji, memotong pajak, dan menyediakan lebih banyak perumahan sosial demi menarik suara dari para pemilih muda.
2. Hou Yu-ih
Hou Yu-ih adalah mantan kepala kepolisian dan wali kota di New Taipei. Dia merupakan kandidat dari partai oposisi utama Kuomintang (KMT) yang bersahabat dengan Beijing.
Pria berusia 66 tahun ini memasuki dunia politik pada 2010, ketika ditunjuk sebagai wakil walikota New Taipei. Dia mengalahkan tokoh DPP pada pemilu lokal tahun 2018, untuk memimpin kota tersebut.
Hou menyebut pemilu ini sebagai pilihan antara “perang dan perdamaian”. Dia menyebut kariernya selama tiga dekade di bidang penegakan hukum akan memungkinaknnya untuk “melindungi Taiwan.
“Saya bisa menjaga perdamaian di Selat Taiwan dan saya akan melakukan yang terbaik untuk menghindari perang sehingga semua orang bisa hidup damai,” katanya pada kampanye baru-baru ini.
3. Ko Wen-je
Ko Wen-je mendirikan Partai Rakyat Taiwan (TPP) pada 2019, sebagai alternatif dari dua kubu politik dominan.
Ia adalah mantan spesialis bedah, yang terjun ke dunia politik ketika ia pertama kali mencalonkan diri sebagai Wali Kota Taipei dan menang pada tahun 2014.
Dikenal dengan julukan “Ko P”, dia menyebut diri sebagai alternatif yang “masuk akal dan pragmatis” terhadap dua partai besar yang ada di Taiwan.
Menyoal hubungan dengan China, Ko mengatakan bahwa hubungan antara pemerintah yang dipimpin DPP dengan Beijing, menemui jalan buntu.
Dia juga sepakat memperkuat kemampuan pertahanan diri di Taiwan, untuk membuat China melihat bahwa “perang harus dibayar mahal”. Namun dia juga menekankan bahwa “komunikasi bisa mencegah kegagalan”.
(dna/dna)
[ad_2]
Source link