[ad_1]


Paulus Yoga, CNBC Indonesia

Entrepreneur

Senin, 29/01/2024 09:13 WIB





Foto: Yudi Eko Sentosa, pengusaha kayu kelahiran Majenang, Cilacap sibuk belajar Bahasa Inggris dari subtitle film/Paulus Yoga


Jakarta, CNBC Indonesia – Bagi kebanyakan orang sulih teks atau subtitle dalam sebuah film berbahasa asing akan sangat membantu untuk memudahkan memahami inti film tersebut. Namun tidak bagi Yudi Eko Sentosa. Pengusaha kayu kelahiran Majenang, Cilacap ini malah sibuk belajar Bahasa Inggris dari subtitle film.

“Bahasa Inggris juga otodidak dari film. Jadi kalau orang nonton film fokus sama filmnya. Saya nonton buat belajar Bahasa Inggris dari subtitle di filmnya. Dari Youtube juga,” tukasnya kepada wartawan di Banjarsari, Ciamis, beberapa waktu lalu.

Belajar Bahasa Inggris menjadi sangat krusial bagi Yudi, karena pria yang sempat bekerja di Perum Perhutani berniat menjadi pengusaha ekspor, dengan produk utama kerajinan kayu. Dirinya melihat ada peluang dari komoditas kayu, untuk diolah terlebih dahulu sebelum dijajakan di luar negeri.


Yudi pun mulai membuka usaha jasa ekspor kerajinan kayu di kampung halamannya di Majenang-Cilacap, Jawa Tengah sebelum akhirnya memindahkan kantor perusahaannya, PT Kaytama Sentra Delta (Kaytama) ke Desa Banjarsari-Ciamis, Jawa Barat.

“Melihat kondisi masyarakat sini, biasanya mereka itu kirim (kayu belum diolah) utuh. Saya mau bantu masyarakat sekitar berikan nilai tambah lewat usaha saya. Juga untuk bantu mereka dapat pekerjaan tetap, karena mayoritas masyarakat sini belum ada kerja tetap,” ungkap Yudi.

Cita-cita tersebut didukung oleh keuletan dirinya untuk masuk ke dunia ekspor-impor. Persis dengan caranya belajar Bahasa Inggris, Yudi pun belajar dunia ekspor secara otodidak. Dia mengaku memulai melakukan akses ke luar negeri dengan memanfaatkan media sosial, juga beberapa platform bisnis gratisan. Kendati dari platform tersebut lebih banyak bertemu broker namun dirinya tidak patah arang. Kini terbukti membuahkan hasil.

“Sekarang pakai yang berbayar, jadi itu bisa akses dan tahu buyer-nya dari manapun,” tuturnya.

Segala bentuk bisnis tentu tidak terlepas dari persoalan permodalan. Di mana untuk membangun usahanya, Yudi memanfaatkan produk institusi perbankan. Pada 2014, dirinya menjatuhkan pilihan kepada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan mendapatkan fasilitas kredit modal kerja Rp 150 juta.

Selain itu, BNI juga dinilainya memiliki kekuatan layanan kantor cabang luar negeri di beberapa negara. Di mana saat ini telah menghadirkan layanan BNI Xpora. “Dengan BNI Xpora itu dapat fasilitas. BNI menyediakan list calon pembeli. Apalagi BNI ada cabang-cabang di luar negeri. Jadi di sana kan ada info (buyer) cari produk-produk a, b, c dll,” ujar Yudi.

Sekitar 10 tahun menjadi nasabah BNI, Kaytama telah melakukan 4 kali siklus kredit atau top up. Di mana pembiayaan teranyar yang diterima mencapai Rp 1,5 miliar pada 2023. Hal ini menunjukkan usaha yang dibangun Yudi telah berkembang dan naik kelas. Dari sisi omzet, tertinggi Kaytama sempat membukukan hingga US$ 2,77 juta (setara Rp 41,55 miliar dengan asumsi kurs Rp 15.000/US$) dalam setahun.

Kini, Kaytama sudah menjadi salah satu nasabah UMKM BNI bertaraf internasional dengan jumlah 35 partner bisnis di 17 negara. Di mana produk kayu olahannya bisa mentas dan digunakan di Australia, New Zealand, Korea Selatan, Amerika Serikar, Jerman, Polandia, Belanda, Belgia, Prancis, Slovakia, Yunani, Ukraina, China, Vietnam, Singapura, Taiwan dan Uni Emirate Arab.

Ada berbagai macam jenis kayu olahan yang diekspor Kaytama. Mulai dari Exterior Decking (R1F/E4E/Groove/AntiSkid), Structural Engineered Timber Products (Glue Laminated & Plywood), Solid Timber Panel (Edge Glued & Finger Jointed Panels) dan Industrial components (Laminated Scantlings, Beams, Door Jambs & Frames).

Produk kayu olahan produksi Kaytama sudah dilengkapi dengan Sertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) No. : 0133-VLK-MMS-017- IDN dengan Tanda SVLK No. : VLHH-32-09-0004. Saat ini, Kaytama juga telah ditunjuk menjadi perwakilan resmi perusahaan Australia.

Yudi pun mengklaim bahwa seluruh fasilitas dan produk kayu olahan yang diproduksi telah mematuhi skema yang merupakan implementasi dari Voluntary Partnership Agreement (VPA) on Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT) yang ditandatangani oleh Negara-negara Uni Eropa.

“Hal ini seiring dengan upaya Pemerintah Indonesia untuk mengkampanyekan pengakuan yang lebih luas khususnya untuk produk kayu olahan di pasar lain,’ sambungnya.

Kini Yudi bisa berbangga diri karena usaha yang dirintisnya bisa memenuhi prinsip bisnis “Ndeso Rasa Bule” yang diusungnya. Kaytama bisa eksis di 17 negara kendati kantornya terpaut 308 kilometer dari Pusat Kawasan Bisnis Sudirman, Jakarta.

Dirinya pun memiliki target jasa ekspor kayu olahan yang dirintasnya bisa terus berkembang dan bisa memiliki pabrik sendiri. Sehingga bisa memberikan manfaat lebih banyak bagi masyarakat sekitar.

Sementara itu, Branch Service Manager BNI Kantor Cabang Banjar, Yoli Rinadi mengatakan, BNI Xpora merupakan satu dari sejumlah inovasi dan transformasi yang dilakukan BNI untuk mendukung UMKM menembus pasar global.

Dalam BNI Xpora ini, lanjutnya, BNI memaksimalkan kekuatan kantor cabang luar negeri yang berada di pusat-pusat perdagangan dunia, seperti Inggris, Singapura, Hong Kong, Seoul, New York, hingga sub branch di Osaka.

Menurut Yoli, Kaytama merupakan mitra UMKM Ekspor BNI terbesar yang ada di Kabupaten Ciamis dan sekitarnya. Adapun total kredit produktif yang disalurkan BNI di kawasan ini mencapai Rp 400 miliar.

“Tentunya kami berharap keberhasilan Pak Yudi bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat Banjar,” ungkapnya.



Saksikan video di bawah ini:

Video: Chatime & Inovasi Pengembangan Bisnis Minuman Kekinian


(rah/rah)


[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *