[ad_1]
“Alhamdulillah mereka tidak ada yang kritis. Permasalahan yang paling banyak kita temui seperti penyakit lambung, permasalahan kulit, dermatitis seperti jamur, gatal-gatal, itu rata-rata,” kata Petugas Medis RS Pendidikan USK Nur Salmi di Banda Aceh, Senin.
Ia menjelaskan pelayanan kesehatan itu merupakan bentuk kerja sama dengan International Organization for Migration (IOM), yang mendelegasikan kepada tim medis RS Pendidikan USK untuk melakukan pemeriksaan kesehatan imigran Rohingya.
Pelayanan kesehatan tersebut rutin dilakukan RS Pendidikan USK terhadap imigran Rohingya di BMA setiap Senin dan Kamis selama Januari 2024.
“Ini pemeriksaan yang ketiga. Untuk pemeriksaan kesehatan selama Januari saja, nanti bakal dilakukan evaluasi lagi,” ujarnya.
Selama pemeriksaan, menurut dia, penyakit yang umumnya didapati pada pengungsi etnis Rohingya itu seperti penyakit kulit dan lambung. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri karena para pengungsi menempati penampungan yang belum layak.
Selain itu, lanjut dia, mereka juga berpotensi terkena infeksi saluran pernafasan akut (ISAP).
“Karena mereka tinggal ramai-ramai, jadi tidak bisa dipungkiri masalah kulit pasti bakalan terjadi,” ujarnya.
Nur Salmi mengatakan selain pemeriksaan kesehatan di lokasi penampungan, pihaknya juga menerima imigran Rohingya yang dibawa ke UGD Rumah Sakit Pendidikan USK untuk perawatan medis.
“Di IGD biasanya memang menerima pasien-pasien yang lemas, diare. Jadi kita berikan infus sebagai tata laksana awal di rumah sakit, kemudian kita berikan obat pulang, dan Alhamdulillah pasiennya sehat,” ujarnya.
Sebanyak 137 orang imigran Rohingya itu ditempatkan di Balai Meseuraya Aceh usai mendarat di pantai kawasan Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar pada 10 Desember 2023.
Setelah pendaratan, para imigran Rohingya itu juga sudah mengalami penolakan di beberapa tempat seperti Lamreh Aceh Besar, Scout Camp Pramuka Pidie, dan Ladong Aceh Besar, hingga akhirnya dibawa ke BMA.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
[ad_2]
Source link