[ad_1]

Kota Malang – Baby blues atau gangguan kesehatan mental yang dialami wanita usai melahirkan bisa terjadi karena berbagai macam faktor. Bahkan tidak sedikit kasus seorang ibu dengan baby blues menyakiti diri sendiri atau anaknya.

Menanggapi hal itu, Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Atika Permata Sari mengatakan, baby blues dalam psikologi disebut postpartum blues. Ini bukan gangguan mental, tetapi permasalahan psikologis.

“Dalam psikologi, permasalahan dan gangguan adalah hal yang berbeda. Permasalahan, belum menghasilkan diagnosis gangguan tertentu. Namun jika postpartum blues dibiarkan tanpa ada penanganan, maka nantinya akan menjadi postpartum depression dimana kondisi ini bisa disebut dengan gangguan psikologis,” ujarnya, Sabtu (3/2/2024).

Atika menjelaskan ada beberapa faktor pemicu seorang wanita mengalami baby blues. Mulai dari perubahan hormon drastis usai melahirkan, riwayat kondisi sebelum melahirkan, riwayat permasalahan di keluarga hingga pemilik riwayat gangguan psikologis seperti depresi.

“Gejala yang paling kelihatan saat seorang ibu mengalami baby blues adalah berkaitan dengan emosi. Yakni emosi yang labil, merasa cemas, mudah marah dan bahkan beberapa menunjukkan gejala depresi ringan,” terangnya.

“Selain itu juga ada gejala dalam bentuk perilaku yaitu perubahan pola tidur dan perubahan pola makan. Bisa jadi makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya dan tidur lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya,” sambungnya.

Mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya, Atika menyampaikan bahwa wanita yang mengalami baby blues akan mengalami penurunan kesehatan mental dan memiliki kualitas tidur buruk. Persoalan tersebut akan berdampak pada sejauh mana dia menjalankan perannya sebagai ibu untuk mengasuh anaknya.

“Adanya pendampingan baik dari keluarga maupun tenaga profesional adalah hal penting. Mereka dapat memberikan dukungan kepada ibu pasca melahirkan. Hal ini terbukti dapat menurunkan kemungkinan baby blues berkembang menjadi postpartum depression. Selain itu, pendampingan juga meningkatkan kesehatan mental ibu,” tegasnya.

Ada beberapa dukungan yang dapat dilakukan kepada wanita yang mengalami baby blues. Mulai dari dukungan instrumental seperti bergantian menjaga bayi, dukungan emosional seperti mendengarkan curhat istri, ataupun dukungan material seperti memberikan tambahan uang saku untuk istri.

“Baby blues wajar dialami dan biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah dua minggu pasca kemunculan pertama gejala. Ini juga dapat membaik tentunya dengan dukungan dari orang-orang disekitar,” terangnya.

Atika pun berharap semoga setiap ibu yang mengalami baby blues mempunyai cukup dukungan dalam proses pengasuhan anak. Ia berpesan kepada para ibu agar tidak segan-segan meminta bantuan kepada individu-individu di sekitar.

“Jangan pernah merasa bersalah saat meminta bantuan dan menerima bantuan dari orang lain selama membesarkan anak. Seperti kata pepatah, ‘it takes a village to raise a child’,” tandasnya.

Simak Video “Mengenal Istilah Erotomania yang Viral di Media Sosial

(irb/fat)

[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *