[ad_1]
Majalengka – Menjalani hidup tanpa kehadiran tulang punggung keluarga memang lah sangat berat, apalagi ditinggal ayah di masa remaja. Tentunya, batu-batu kerikil kehidupan kerap menyapa setiap perjalanan.
Asam-pahit gambaran perjalanan kehidupan itu pernah dialami oleh seorang Ahli Forensik Linguistik, Niknik M Kuntarto. Sejak di usia 12 tahun, ia ditakdirkan menjadi pribadi yang tangguh.
Pasalnya, di saat anak-anak seusianya masih menikmati masa kekanak-kanakan, perempuan kelahiran Jalan Kehutanan, Kelurahan Majalengka Kulon, Kecamatan/Kabupaten Majalengka ini memilih fokus mengejar cita-cita demi meringankan beban orang tua.
“Saya ditinggal ayah sejak masih duduk di bangku SMP. Pas udah lulus SMP, saya masuk sekolah pendidikan guru (SPG),” kata Niknik kepada detikJabar, Kamis (21/4/2022).
“Saya pilih SPG, dengan harapan agar setelah lulus langsung bisa bekerja menjadi guru SD, dan tentu nantinya dapat membantu 8 saudara saya serta meringankan beban hidup Mamah,” ujar dia menambahkan.
Sayangnya, usai lulus sekolah impiannya itu belum bisa tercapai dengan mudah. Namun hal itu tidak melumpuhkan semangat dirinya untuk bisa mengangkat derajat keluarganya.
“Dalam perjalanan penuh lika-liku, alhamdulillah saya dipertemukan dengan seorang pria (suami) yang menjadi motivator sekaligus imam saya hingga saat ini. Berkat dia juga saya bisa menjadi wanita yang mandiri dan tangguh. Selain itu, dia juga yang mengantarkan saya hingga bisa lulus S3,” ujarnya.
Singkat cerita, cita-citanya menjadi seorang tenaga pengajar berhasil Niknik capai. Ia mengawali kariernya menjadi seorang guru bahasa Indonesia. Hingga kini ia menjadi dosen tetap di Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Multimedia Nusantara (UMN).
“Saya juga pernah mengajar di beberapa universitas seperti di Universitas Trisakti, Universitas Gunadarma, Universitas Esa Unggul, Bina Sarana Informatika, Bina Insani, STIPAN Abdi Negara, dan STIE Kusuma Negara,” ujar dia.
Selain malang-melintang di dunia pendidikan tanah air. Niknik juga pernah menjajal rasanya menjadi tenaga pengajar di luar negeri. Australia, Korea hingga Jepang adalah negara yang pernah Niknik rasakan.
“Menjadi dosen tamu di beberapa sekolah dan kampus di luar negeri juga pernah, seperti di Melbourne University Australia, Damascus College Ballarat Australia, Flinders University Adelaide Australia, Silla University, Hankuk University for Foreign Studies Korea, dan Keio University Jepang,” ucapnya.
Selain fokus di dunia pendidikan, Niknik juga merupakan ahli linguistik forensik dan pegiat Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA). Dalam perjalanannya ia juga sering diundang menjadi pemakalah dan narasumber di luar negeri.
“Saya pernah menjadi pemakalah dan narasumber lokakarya ke-BIPA-an bersama dengan APBIPA Bali dan BIPA Dahsyat. Kemudian seminar internasional di Osaka, Jepang dan Konferensi Australian Society of Indonesian Language Educators (ASILE) pada 2016 di Flinders Universty, Adelaidem, Australia,” ujarnya.
Simak Video “Melihat Toilet ‘Sultan’ di SPBU Sukabumi“
(yum/bbn)
[ad_2]
Source link