[ad_1]
Jakarta, CNBC Indonesia– Jutaan warga Indonesia akan menentukan pilihan presiden baru dan anggota legislatif pada pemilihan umum (pemilu) hari ini, Rabu (14/2/2024).
Sebanyak 24 partai politik (parpol) akan mengikuti pemilu legislatif pada 2024, termasuk 6 parpol lokal. Sebanyak 204 juta lebih pemilih akan menentukan pilihan yang tersebar di 38 provinsi, 514 kabupaten/kota, 7.277 kecamatan, 83.771 desa.
Data historis pemilu sebelumnya menunjukkan sejumlah parpol memiliki basis pendukung yang sangat kuat di daerah tertentu karena latar belakang historis ataupun hal lainnya.
PDI-Perjuangan, misalnya, sangat kuat di Provinsi Jawa Tengah sementara Golkar kuat di wilayah Sulawesi dan Kalimantan. Namun, bukan berarti parpol bisa dengan mudah mempertahankan dominasi di sebuah provinsi.
Bila melihat rekam jejak pemilu 2014 dan 2019, data menunjukkan terdapat 15 pergantian partai penguasa dari 33 provinsi. Perubahan penguasa partai di masing-masing provinsi sangat mungkin terjadi pada pemilu 2024 karena ada pergeseran usia pemilih ataupun preferensi kesukaan terhadap partai tertentu.
Fakta tersebut setara dengan 45% dari provinsi yang dikuasai parpol tertentu dapat berpindah tangan ke partai lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa kemenangan suatu parpol dalam suatu provinsi sangat memungkinkan mengalami perubahan.
Ada enam partai besar yang kehilangan dominasi mereka pada pemilu 2019 setelah menang pada 2014, yaitu PDI-Perjuangan, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golongan Karya (Golkar), Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Demokrat, dan Gerindra.
Golkar menjadi partai dengan jumlah kehilangan suara terbanyak yakni di8 provinsi disusul dengan PDI-P Perjuangan di 3 provinsi pada pemilu 2019 dibandingkan lima tahun sebelumnya atau pada 2014.
Data hasil perolehan suara pada dua Pileg terakhir menunjukkan beberapa fakta menarik. Terdapat parpol pendatang baru yang mencatatkan dirinya sebagai penguasa suatu provinsi, ada pula partai yang hilang dari daftar, dan berbagai fakta dengan latar belakang yang menarik.
Data hasil perolehan suara pada dua Pileg terakhir menunjukkan beberapa fakta menarik. Terdapat parpol pendatang baru yang mencatatkan dirinya sebagai penguasa suatu provinsi, ada pula partai yang hilang dari daftar, dan berbagai fakta dengan latar belakang yang menarik.
- PDIP menguasai lebih dari separuh atau mencapai 18 provinsi pada Pileg 2019. Salah satu faktor keberhasilan PDIP mendapat dukungan sebagai partai yang kembali membawa Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon yang diusung. Pada Pileg 2014, PDIP hanya mampu menguasai 13 provinsi yang menunjukkan adanya kenaikan pada periode selanjutnya. Pada pemilu 2024, PDIP akan membawa calon baru, yaitu Ganjar Pranowo, dalam Pilpres 2024 nanti yang diharapkan dapat meningkatkan suara PDIP di provinsi tertentu.
- Partai NasDem menunjukkan kepiawaiannya dalam Pileg 2019 lalu. Partai ini mampu merebut 4 provinsi yang memiliki karakteristik provinsi kawasan Indonesia Timur. Keberhasilan NasDem menjadikannya setara dengan partai yang juga pengusung calon presiden kala itu, Gerindra. Sebelumnya, NasDem hanya mampu menguasai 1 provinsi pada Pileg 2014, bertambahnya menjadi 4provinsi mendorong semakin kuatnya kepastian kursi NasDem. Pada Pileg 2024 nanti, terdapat potensi NasDem semakin kuat dan menguasai berbagai provinsi, Hal ini disebabkan oleh partai NasDem yang telah membawa nama dalam Pileg 2024 nanti. NasDem mengusung Anies Baswedan maju ke kontestasi pemilihan presiden Indonesia 2024 nanti. Biasanya, partai yang mengusung capres dapat meningkatkan perolehan suaranya seiring peningkatan nama partai.
- Gerindra sebagai pengusung Prabowo Subianto juga hanya mampu memperoleh 4 provinsi dalam kontestasi politik 2019 lalu. Di sisi lain, Gerindra berhasil memenangkan provinsi dari provinsi dengan jumlah suara terbanyak yaitu Jawa Barat. Gerindra berhasil memperoleh 4,2 juta suara atau setara dengan 18% dari total suara provinsi ini. Layaknya NasDem, Gerindra mengalami peningkatan signifikan dari periode sebelumnya yang hanya berhasil memperoleh suara di 1 provinsi. Sebagai catatan, Gerindra kembali mengusung capres dalam Pilpres kali ini yaitu Prabowo Subianto. Hal ini diperkirakan dapat mendorong suara Gerindra lebih besar.
- Kesamaan yang terlihat dari Gerindra dan NasDem yaitu kedua partai ini merupakan pendatang baru, namun sudah berhasil mendapatkan suara dari beberapa provinsi. Sebagai informasi, Gerindra dibuat pada 6 Februari 2008 dan NasDem pada 11 November 2011.
- Golkar menjadi partai dengan kemenangan provinsi terbanyak ke-2 dalam Pileg 2019 lalu dengan menguasai 8 provinsi. Kendati demikian, jumlah ini mengalami penurunan jumlah provinsi yang dimenangkan pada periode 2014 sebanyak 13 provinsi. Sebagai catatan, Golkar pada Pileg 2019 merupakan koalisi dari Jokowi.
- Demokrat kembali mencatatkan kemenangan di 1 provinsi pada Pileg 2019 lalu, meski tercatat ada perubahan provinsi. Periode 2014, Demokrat mendapat dukungan besar di Papua namun harus diambil alih NasDem yang lebih serius mendapatkan suara dari Indonesia Timur. Namun, Demokrat mampu menggantikan dukungan dari provinsi Aceh yang direbutnya dari Gerindra.
- Terdapat pula partai yang tidak lagi mampu memenangkan salah satu provinsi dalam Pileg 2019 lalu. Provinsi Sulawesi Tenggara pada Pileg 2014 mampu dikuasai PAN, namun pada Pileg 2019 menunjukkan pergantian pemegang kantong suara menjadi Golkar. Hal ini menjadikan PAN tidak menguasai satu provinsi sama sekali pada Pileg 2019 lalu.
(mae/mae)
[ad_2]
Source link