[ad_1]
CNN Indonesia
Jumat, 26 Apr 2024 20:00 WIB
Ilustrasi. Sebuah studi dari peneliti MIT dan Universitas Washington mengembangkan kecerdasan buatan yang bisa memodelkan perilaku manusia. (Foto: REUTERS/DADO RUVIC)
Jakarta, CNN Indonesia —
Sebuah studi milik para peneliti di MIT dan Universitas Washington mengembangkan kecerdasan buatan (AI) yang bisa memodelkan perilaku manusia. Secanggih apa?
Model AI ini dapat secara otomatis menyimpulkan prediksi dari tindakan manusia hanya dengan melihat beberapa jejak tindakan mereka sebelumnya.
Dalam studi terbaru tersebut, para peneliti mendemonstrasikan AI dalam tiga tugas pemodelan yang berbeda, pertama menyimpulkan tujuan navigasi dari rute sebelumnya, kedua menebak maksud komunikatif seseorang dari isyarat verbal, dan terakhir memprediksi gerakan selanjutnya dalam pertandingan catur antar manusia.
Menurut para peneliti, AI ini nantinya dapat membantu para ilmuwan dalam mengajarkan sistem AI terhadap perilaku manusia, sehingga memungkinkan AI untuk merespons lebih baik terhadap kolaborator manusianya.
“Jika kita mengetahui bahwa manusia akan melakukan kesalahan, setelah melihat perilaku mereka sebelumnya, AI dapat turun tangan dan menawarkan cara yang lebih baik untuk melakukan kesalahan tersebut,” kata Athul Paul Jacob, mahasiswa EECS di MIT, penulis utama studi ini, mengutip laman resmi MIT.
“Atau AI dapat beradaptasi dengan kelemahan yang dimiliki oleh kolaborator manusianya. Mampu memodelkan perilaku manusia merupakan langkah penting dalam membangun AI yang benar-benar dapat membantu manusia tersebut,” lanjutnya.
Sebelumnya banyak pendekatan dilakukan untuk bisa memperhitungkan pengambilan keputusan pada AI. Namun hasilnya dirasa kurang optimal, sebab seperti mesin teknologi canggih lainnya, AI selalu mengambil keputusan yang rasional.
Masalahnya manusia merupakan pengambil keputusan yang irasional atau terkadang tidak berdasarkan akal penalaran yang sehat,sehingga cukup sulit untuk dimodelkan dengan AI.
Oleh karena itu, para peneliti juga mempelajari cara yang lebih efektif untuk merencanakan dan menyimpulkan tujuan dalam menghadapi pengambilan keputusan yang kurang optimal.
Dalam membangun modelnya, para peneliti mengambil inspirasi dari penelitian sebelumnya tentang permainan dari pemain catur.
Ditemukan bahwa pemain catur membutuhkan lebih sedikit waktu untuk berpikir sebelum bertindak ketika melakukan gerakan sederhana. Sementara pemain yang kuat cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk membuat perencanaan dibandingkan pemain yang lebih lemah dalam pertandingan yang menantang.
“Pada akhirnya, kami melihat bahwa kedalaman perencanaan, atau berapa lama seseorang memikirkan suatu masalah, merupakan gambaran yang sangat baik tentang bagaimana manusia berperilaku,” kata Jacob.
Sehingga kerangka kerja dapat dibangun dengan menyimpulkan kedalaman perencanaan manusia dari tindakan sebelumnya dan dengan informasi tersebut pemodelan proses pengambilan keputusan pada AI bisa terbentuk.
Ke depannya, para peneliti ingin menggunakan model AI ini untuk memodelkan proses perencanaan di domain lain, seperti pembelajaran penguatan (metode coba-coba yang biasa digunakan dalam robotika).
Dalam jangka yang panjang, peneliti bermaksud untuk terus mengembangkan AI ini menuju tujuan yang lebih besar, yaitu mengembangkan kolaborator AI yang lebih efektif.
(rni/dmi)
[ad_2]
Source link