[ad_1]
Foto : Deputi Bidang Sistem dan Strategi Dr. Raditya Jati, S.Si., M.Si, saat sedang membacakan kesimpulan dari Sidang Komisi Sistem dan Strategi, pada Rakornas PB 2024, di Bandung, Selasa (23/4). (Bidang Komunikasi Kebencanaan/Dume Harjuti Sinaga)
KOTA BANDUNG – Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendorong terciptanya industrialisasi teknologi dan inovasi di bidang kebencanaan di tanah air. Hal ini menyusul semakin meningkatnya risiko dan ancaman bencana di Indonesia yang semakin beragam.
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati mengungkapkan,
industrialisasi teknologi dan inovasi di bidang kebencanaan menjadi penting dilakukan oleh Indonesia yang merupakan negara dengan risiko bencana tinggi. Sebab, menurut Raditya, tanpa adanya industrialisasi, berbagai bentuk inovasi tidak lantas bisa memberikan dampak atau manfaat yang signifikan kepada masyarakat.
“Semakin ke sini risiko semakin sistemik artinya kalau sistemik itu bermata rantai jadi perlu ada peran inovasi dan teknologi dalam setiap fase kebencanaan. Semua unsur teknologi dan inovasi bila mana tidak ada teknologi yang diterapkan dalam bentuk industri itu tidak ada gunanya misalnya kita sudah punya alat early warning system dalam satu model tapi tidak bisa digunakan atau manfaatkan oleh kebanyakan manusia yang ada di wilayah risiko tinggi terhadap suatu bencana itu tidak ada artinya, maka kita perlu industrialisasikan,” jelas Raditya, di tengah penyelengaraan Rakornas PB 2024, Selasa (23/4).
Menurut Raditya yang juga Ketua Panitia Rakornas PB 2024, bila industri kebencanaan di Indonesia makin bertumbuh khususnya dalam bidang inovasi dan teknologi hal ini menjadi pusat keunggulan bagi Indonesia di mata global. Sehingga Indonesia yang selama ini hanya menjadi pengguna dari teknologi negara lain, juga turut menjadi kreator yang mengekspor inovasi dari tanah air.
“Ini bisa menjadi centre of excellence dan bentuk kemandirian teknologi bagi Indonesia karena posisi kita sebagai negara dengan risiko tinggi terhadap bencana sehingga kita bisa menjadi eksportir sistem dan teknologi yang baru yang dihasilkan dari dalam negeri. Jadi ini sangat penting bila kita ingin buat lompatan besar maka perlu inovasi yang besar dengan membangun industrialisasi bencana,” terang Raditya.
Radit menambahkan, bertumbuhnya industri kebencanaan di tanah tidak lepas dari peran multipihak salah satunya adalah kesiapan industri itu sendiri lalu pemerintah sebagai jembatan antara pelaku industri dan pengguna. Sebab, berbicara teknologi tidak hanya mengenai teknologi tinggi namun juga tepat guna yang dapat membantu meningkatkan efektivitas penanggulangan bencana.
“Jadi kita bicara bagaimana kita bisa menjembatani teknologi itu kepada lembaga usaha dan industri yang bagaimana nanti dari hulu ke hilir benar-benar ada konektivitas. Ini tidak mudah perlu ada tahapan, komitmen, dan regulasi, sebab kalau regulasi tidak ada penerapannya tida ada gunanya, tapi teknologi tidak ada regulasi menjadi tantangan sendiri,” pungkas Raditya.
Kegiatan Rakornas PB 2024 sendiri dihadiri oleh lebih dari 2.000 peserta dari unsur pentaheliks, di antaranya perwakilan kementerian dan lembaga, DPR-RI, duta besar negara sahabat, kepala daerah, unsur pimpinan TNI, Polri, akademisi, praktisi, perwakilan dunia usaha, media, dan organisasi Masyarakat serta 447 BPBD provinsi dan kabupaten/kota.
Abdul Muhari, Ph.D.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB
Admin
[ad_2]
Source link