[ad_1]
Sabtu, 26 November 2022 | 09:52 WIB
Dyah Noor Shinta / FER
Perajin payung motif batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. (Beritasatu Photo/Dyah Noor Shinta)
Klaten, Beritasatu.com – Kreativitas yang ditunjukkan oleh pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng) sukses menghasilkan inovasi berupa payung bermotif batik.
Hebatnya, payung batik hasil karya mereka tidak hanya diminati oleh konsumen di dalam negeri namun hingga merambah ke pasar mancanegara.
Perajin payung batik, Sularto mengatakan, proses pembuatan kerajinan ini berbeda dengan kain atau kayu batik. Adapun bahan dasar untuk membatik pada media payung adalah menggunakan cat warna, sedangkan pada media kain dan kayu menggunakan malam.
“Namun, untuk peralatan membatik sama-sama menggunakan canting Proses pembuatan payung batik sendiri membutuhkan waktu dua hingga tiga hari, tergantung besar kecil dan motif batiknya,” kata Sularto kepada BTV di Klaten, Sabtu (26/11/2022).
Kreasi payung batik ini telah dilakukannya sejak tahun 2020 lalu. Tercatat, lebih dari lima puluh motif batik telah dikreasikan oleh para perajin payung batik, diantaranya motif klasik berupa kawung dan sekarjagad, hingga motif kontemporer .
Sularto menjelaskan, semula memproduksi batik kayu ,namun akibat pandemi covid-19 usahanya kemudian sepi. Ia lalu memperoleh ide membuat payung batik ketika melihat payung di sekitar rumah saat hujan deras. Payung tersebut kemudian dibuat motif batik menggunakan cat pewarna.
“Sekarang yang tengah tren adalah payung batik dengan menggunakan bahan dasar cat. Soal penjualan dan pasar dari payung batik, alhamdulillah melalui kanal online diminati konsumen lokal hingga mancanegara. Konsumen luar negeri pertama berasal dari India. Kemudian, Hongkong, Amerika Serikat dan Australia,” terang Sularto.
Sularto menambahkan, produksi payung batik selain membantu perekonomian masyarakat setempat juga menjadi salah satu upaya untuk melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia.
“Omzet per bulan itu sebenarnya tergantung dari pemesan. Namun, alhamdulillah kita untuk bulan ini sudah mencapai seribu buah. Adapun harga jualnya mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 450.000, tergantung bahan baku dan tingkat kesulitannya,” pungkasnya.
Simak berita dan artikel lainnya di
Google News
Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp
Bagikan
[ad_2]
Source link