[ad_1]

Badung, Bali (ANTARA) –

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melatih 245 guru yang menjadi duta teknologi untuk diseminasi program transformasi pendidikan yang dicanangkan pemerintah.

 

Kepala Balai Layanan Platform Teknologi sekaligus Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbudristek RI Wibowo Mukti ditemui di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Rabu, menyatakan pelatihan tersebut kolaborasi Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) dan Balai Layanan Platform Teknologi (BLPT) Kemendikbudristek RI dengan komunitas duta teknologi serta kapten belajar.id.

 

“Saat ini, pemerintah arahnya melakukan transformasi pendidikan untuk mengembangkan ekosistem digital, makanya kita update lagi tentang beberapa prioritas kementerian mulai dari PMM (Platform Merdeka Mengajar), rapor pendidikan dan sumber daya sekolah,” katanya.

 

Ia menjelaskan keberadaan guru duta teknologi dari berbagai provinsi tersebut sebagai strategis menjadi ujung tombak pemanfaatan teknologi dalam pendidikan di Indonesia.

Duta teknologi berperan melakukan diseminasi terhadap platform-platform prioritas kementerian yakni pembelajaran berbasis TIK di sekolah.

Hingga saat ini, tercatat 245 duta teknologi di seluruh Indonesia yang sudah diseleksi sejak 2017.
 

Ia menjelaskan 245 duta teknologi tersebut diambil dari sejumlah peserta yang mengikuti program Pembelajaran Berbasis Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (PembaTIK) sejak 2017-2023.
 

Dalam menentukan duta teknologi, para guru mengikuti program pembelajaran berbasis TIK (PembaTIK), semacam bimtek yang diadakan setiap tahun. Para guru harus memiliki kompetensi empat level hingga yang ke-4 pada ujungnya berupa penghargaan menjadi duta teknologi.

 

Mukti mengatakan secara singkat, PembaTIK dibagi menjadi empat level, yakni literasi, implementasi, kreasi, serta berbagi dan berkolaborasi.

 

Pada level literasi, setiap peserta harus bisa mengenal setiap platform digital dan dikuasi dengan baik. Pada level selanjutnya setiap peserta dituntut bisa mengimplementasikan teknologi tersebut dengan baik di ruang kelas dan lingkungan sekolah.

 

Setelah terimplementasi, kata dia, para guru dituntut harus bisa berkreasi dengan menghasilkan konten-konten pembelajaran yang mendukung sinergi pemanfaatan aplikasi.

 

Setelah konten-konten tersebut dibuat, para peserta akan memasuki level keempat, di mana hasil karya pembelajaran dibagikan secara lebih luas, baik dengan tatap muka maupun daring melalui akun media sosial masing-masing guru. Setelah semua level tersebut diraih maka guru yang bersangkutan sudah menjadi duta teknologi.

 

“Muara dari pemilihan duta digital tersebut nantinya adalah mendiseminasikan, melakukan bagaimana pemanfaatan platfrom digital, pemanfaatan TIK untuk pembelajaran,” katanya.

 

Beberapa hal yang dievaluasi dalam pertemuan duta teknologi se-Indonesia itu, pertama optimalisasi pemanfaatan teknologi, termasuk di dalamnya kemampuan menguasai teknologi, kedua kebijakan daerah untuk menunjang program transformasi pendidikan, ketiga infrastruktur dalam memperlancar program transformasi digital, keempat konten digital yang digunakan para duta, dan terakhir kompetensi para guru dalam pemanfaatan teknologi.

 

Dia menjelaskan berdasarkan sesi berbagi pengalaman tentang pemanfaatan teknologi di berbagai daerah, hal paling banyak dikeluhkan berupa ketersediaan layanan infrastruktur jaringan, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

 

Hasil pertemuan dengan ratusan duta teknologi tersebut akan dijadikan dasar bagi Kemendikbudristek RI dalam menentukan kebijakan menuntaskan program strategis transformasi digital di dunia pendidikan.

 

Pewarta: Rolandus Nampu
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024

[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *