[ad_1]

Warga DKI Jakarta mengisi hari libur dengan bermain sepeda atau berolahraga lari, Minggu (17/12/2023). Olahraga bukan hanya untuk menjaga kesehatan tubuh, melainkan juga menjaga kesehatan mental. Pada masyarakat urban, di tengah kesibukan bekerja, olahraga sangat dibutuhkan.
KOMPAS/ZULKARNAINI

Warga DKI Jakarta mengisi hari libur dengan bermain sepeda atau berolahraga lari, Minggu (17/12/2023). Olahraga bukan hanya untuk menjaga kesehatan tubuh, melainkan juga menjaga kesehatan mental. Pada masyarakat urban, di tengah kesibukan bekerja, olahraga sangat dibutuhkan.

JAKARTA, KOMPAS — Bagi sebagian orang, tahun 2023 dijalani dengan begitu berat. Begitu banyak tantangan hingga mengganggu kesehatan mental. Untuk menjaganya, ada berbagai tips sederhana, mulai dari tidur berkualitas, selalu bersyukur, dan beraktivitas fisik.

Dalam beberapa tahun terakhir, masalah gangguan jiwa di Indonesia menjadi sorotan. Hal ini tak lepas dari sejumlah data yang menunjukkan kondisi darurat kesehatan jiwa di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan, misalnya, mengungkapkan 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa.

Data dari Riset Kesehatan Dasar 2018 itu menunjukkan, prevalensi orang dengan gangguan jiwa di Indonesia meningkat sebesar 6 persen apabila dibandingkan dengan riset yang sama pada 2013.

Baca Juga: Hari Ini Kita Cerita tentang 2023 (1)

Dalam program interaktif ”Hari Ini Kita Cerita Tentang 2023”, 28-31 Desember 2023, hampir 800 responden berbagi momen terberat mereka di 2023. Tak hanya itu, mereka juga berbagi cara agar tetap sehat jiwa saat masalah berat melanda.

Isnaini (26), di Semarang, Jawa Tengah, misalnya, berhasil melewati tahun yang berat dengan lebih banyak mawas diri. Isaini, yang mengalami kecelakaan sepeda motor bersama suami pada Mei 2023, menyadari apa yang bisa dan tidak bisa dilakukannya.

https://cdn-assetd.kompas.id/jbJSA1RzT96rmwy_XrK0rf5z_Ns=/1024x1729/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F04%2F13%2F20210412-H01-PAL-kesehatan-mental-mumed_1618248991_png.png

”Itu membuat saya tidak memaksakan kehendak karena saya tahu batas kemampuan saya seperti apa. Saya justru mencoba bersyukur karena setidaknya saya masih bisa melewatinya bersama-sama dengan suami,” kata Isnaini.

Setelah kecelakaan, Isna mengalami patah tulang pada bagian pundak dan jari tangan. Suami Isna juga mengalami patah tulang pada bagian kaki, tetapi kondisinya lebih parah. Akibatnya, Isna dan suami tidak bisa bekerja. Sehari-hari, mereka terpaksa menjual barang-barang berharga.

Isna sempat mengalami nafsu makan yang berkurang dan tidur tak nyenyak. Namun, perlahan, semua kembali dalam keadaan normal. Isna mulai bisa menerima keadaan. Mantan karyawan garmen ini juga memahami kondisi tubuhnya perlahan membaik. Pada 2024, kata Isna, dia siap kembali mencari pekerjaan dan lebih banyak bersyukur.

Baca Juga: Hari Ini Kita Cerita tentang 2023 (2)

Psikiater di RS EMC Alam Sutera, dr Andri SpKJ, FPAM, mengatakan, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental. Salah satunya ialah menumbuhkan rasa syukur. Bahkan, kata Andri, terdapat alat terapi terkait penerimaan, yang merupakan bagian dari terapi kognitif yang fokus pada keikhlasan seseorang untuk menerima kondisi apa adanya dan senantiasa bersyukur.

”Ini membantu kita mengurangi perasaan tidak nyaman yang diakibatkan oleh fenomena kehidupan yang tidak sesuai yang keinginan kita,” ucap Andri.

Ekspresi bersyukur pelari putra Gorontalo, Mohammad Hadrin Mahdang, yang berhasil menempati posisi ketiga dalam final lari 1.500 meter putra cabang atletik dalam PON Papua 2021 di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika, Timika, Papua, Senin (11/10/2021).
RONY ARIYANTO NUGROHO

Ekspresi bersyukur pelari putra Gorontalo, Mohammad Hadrin Mahdang, yang berhasil menempati posisi ketiga dalam final lari 1.500 meter putra cabang atletik dalam PON Papua 2021 di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika, Timika, Papua, Senin (11/10/2021).

Andri menambahkan, menjalin hubungan yang sehat dengan orang-orang terdekat juga dapat membantu menjaga kesehatan mental seseorang. Andri menuturkan, orang-orang terdekat, seperti keluarga dan teman, merupakan sistem pendukung pertama ketika seseorang menghadapi situasi sulit.

Agar hubungan tersebut berjalan dengan baik, seseorang perlu belajar berempati satu sama lain. Empati akan membuat manusia lebih mau mendengarkan dan tidak gampang menghakimi.

Aktivitas fisik secara teratur, diet sehat, dan tidur berkualitas merupakan tiga dari tujuh faktor gaya hidup sehat yang terkait dengan rendahnya risiko depresi.

Hal lain yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental ialah menajamkan fokus. Menurut Andri, untuk menghadapi situasi sulit, seseorang perlu memiliki resiliensi atau daya lenting yang baik. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan resiliensi seseorang adalah memiliki fokus yang bagus.

Pada era ketika perkembangan teknologi berjalan dengan cepat, fokus menjadi barang yang mahal. Terlebih, media sosial dengan segala informasinya juga membuat seseorang lebih banyak terdistraksi atau teralihkan fokusnya.

Foto ilustrasi. Pengguna gawai dengan mudahnya memberikan komentar di media sosial.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Foto ilustrasi. Pengguna gawai dengan mudahnya memberikan komentar di media sosial.

”Kalau fokus dan konsentrasi kita sering terpecah, kemampuan kita berhadapan dengan sebuah masalah berkurang. Akhirnya, daya lenting kita juga berkurang. Maka dari itu, belakangan ini ramai ajakan untuk menjadi lebih mawas diri (mindful), ajakan bermeditasi, hingga melambatkan diri. Kita mengurangi distraksi agar lebih fokus,” tutur Andri.

Upaya menajamkan fokus juga bisa dibarengi dengan upaya mengenal diri sendiri. Menurut Andri, pengetahuan akan diri sendiri juga penting sebagai bekal ketika menghadapi kesulitan. Seseorang perlu memahami apa kekurangan dan kelebihan diri agar bisa lebih baik dalam menjaga kesehatan mental.

Baca Juga: Hari Ini Kita Cerita tentang 2023 (selesai)

Andri, yang juga pengajar Psikiatri di Fakultas Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida Wacana, menambahkan soal pentingnya melihat keterkaitan kesehatan jiwa dengan kesehatan fisik. Kesehatan jiwa memengaruhi kesehatan fisik, begitu pula sebaliknya.

”Maka dari itu, diet sehat, olahraga, dan tidur yang cukup serta teratur penting sekali untuk menjaga kesehatan jiwa. Sering kali, orang lupa dengan hal sederhana itu,” tutur Andri.

https://cdn-assetd.kompas.id/1_aWOBhPCia6hIrBQBJqpZii5V8=/1024x1310/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F05%2F14%2F20200514-ARS-Tidur-Berkualitas-mumed_1589447423_png.png

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam British Journal of Sports Medicine pada Februari 2023, aktivitas fisik memang terbukti sangat bermanfaat untuk memperbaiki gejala depresi, kecemasan, dan kesusahan.

Peneliti utama studi ini, Ben Singh, menekankan, aktivitas fisik harus menjadi prioritas untuk mengelola kasus kondisi kesehatan mental dengan lebih baik (Kompas.id, 1/8/2023).

Penelitian dalam jurnal Nature Mental Health yang ditulis oleh tim peneliti internasional, termasuk dari University of Cambridge dan Fudan University, juga mengungkap hal yang sama.

Aktivitas fisik secara teratur, diet sehat, dan tidur berkualitas merupakan tiga dari tujuh faktor gaya hidup sehat yang terkait dengan rendahnya risiko depresi. Sisanya ialah tidak pernah merokok, perilaku menetap rendah hingga sedang, sering berhubungan sosial, dan konsumsi alkohol dalam jumlah sedang.

Baca Juga: Hari Ini Kita Cerita tentang 2023 (3)

[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *