[ad_1]
Jakarta, CNN Indonesia —
Tahun kabisat identik dengan fenomena yang datang tiap empat tahun sekali. Tahun 2024 sendiri merupakan tahun kabisat. Lantas, apa itu tahun kabisat dan mengapa bisa terjadi?
Untuk lebih jelasnya, simak pengertian tahun kabisat dan sejarahnya berikut.
Apa itu tahun kabisat?
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kabisat adalah tahun yang memiliki jumlah hari lebih panjang sebanyak satu hari yakni 366 hari, sedangkan tahun biasa berjumlah 365 hari.
Satu hari tambahan tersebut terjadi pada bulan Februari. Pada tahun biasa, Februari berjumlah 28 hari. Sementara pada tahun kabisat terdapat satu hari tambahan, yakni 29 hari.
Dikutip dari Buku Pendamping Olimpiade Sains Nasional IPA (2021), ada dua syarat tahun kabisat.
Pertama, tahun kabisat adalah tahun yang angkanya habis dibagi empat. Contoh tahun kabisat adalah tahun 2000, 2004, 2008, dan seterusnya.
Sementara untuk angka tahun abad, tahun kabisat adalah tahun yang angkanya habis dibagi 400. Contohnya tahun 1200, 1600, dan 2000.
Selain penanggalan Masehi atau disebut juga Gregorian, sebenarnya beberapa kalender lain juga mempunyai hari kabisat atau bulan kabisat.
Sebagai contoh kalender Ibrani, kalender Islam (Hijriah), kalender China, dan kalender Ethiophia juga memiliki tahun kabisatnya masing-masing.
Akan tetapi, tahun-tahun pada kalender tersebut tidak semuanya datang setiap empat tahun sekali. Bahkan sering terjadi pada tahun yang berbeda dengan tahun kabisat Masehi.
Sejarah tahun kabisat
Tahun Masehi didasarkan pada peredaran Bumi mengelilingi Matahari. Satu tahun Masehi terdiri dari 365 1/4 hari tetapi untuk memudahkan perhitungan, satu tahun Masehi ditetapkan 365 hari.
Sisa 1/4 hari tersebut kemudian dijumlahkan hingga mencapai satu hari dan ditambahkan dalam tahun Masehi setiap empat tahun sekali yakni pada bulan Februari.
Dengan demikian, setiap empat tahun sekali, satu tahun Masehi memiliki 366 hari yang disebut sebagai tahun kabisat.
Dikutip dari laman Livescience, tahun kabisat sudah ada sebelum 45 sebelum Masehi. Bermula ketika Kaisar Romawi Kuno Julius Caesar menetapkan kalender Julian yang terdiri dari 365 hari dengan 12 bulan.
Kalender Julian mencakup tahun kabisat setiap empat tahun tanpa kecuali dan disinkronkan dengan musim di Bumi yang terdiri dari 15 bulan dengan total 445 hari.
Pada pertengahan abad 16, para astronom memperhatikan bahwa musim dimulai sekitar 10 hari lebih awal dari perkiraan ketika hari libur penting, seperti Paskah, tidak lagi dibarengi dengan peristiwa tertentu, seperti ekuinoks musim semi atau musim semi.
Untuk mengatasi hal ini, Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender Gregorian (Masehi) pada tahun 1582, yakni kalender sama dengan kalender Julian tetapi dengan pengecualian tahun kabisat untuk sebagian besar tahun keseratus.
Selama berabad-abad, kalender Gregorian hanya digunakan oleh negara-negara Katolik, seperti Italia dan Spanyol. Lalu negara-negara Protestan, seperti Inggris Raya, turut mengadopsinya pada 1752.
Karena perbedaan kalender, negara-negara yang kemudian beralih ke kalender Gregorian harus melewatkan hari-hari agar dapat melakukan sinkronisasi dengan negara-negara lain di dunia.
Sebagai contoh, saat Inggris bertukar kalender pada 1752, 2 September diikuti oleh 14 September, menurut Royal Museums Greenwich.
Kalender Gregorian mungkin harus dievaluasi ulang karena tidak sinkron dengan tahun matahari. Namun, hal ini memerlukan waktu ribuan tahun untuk terwujud.
Demikian penjelasan mengenai apa itu tahun kabisat. Semoga bermanfaat.
(tim/juh)
[ad_2]
Source link