[ad_1]



Surabaya

Nestapa dialami santri Ponpes Al Hanifiyah Kediri bernama Bintang Balqis Maulana (14). Santri asal Banyuwangi ini meninggal dunia usai dianiaya empat orang seniornya. Ada sejumlah fakta baru yang terungkap dari kasus ini.

Diketahui, korban meninggal dunia pada Jumat (23/2) siang. Kasus ini terkuak ke publik setelah video kemarahan keluarga korban kepada pria yang mengantarkan jenazah Bintang, viral. Di video itu, tampak darah masih berceceran dari kain kafan korban. Video tersebut beredar di media sosial hingga grup WhatsApp.

Sebelum meninggal, Bintang juga sempat mengirim pesan kepada keluarganya di Afdeling Kampunganyar, Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi melalui WhatsApp (WA). Pesan itu berisi permintaannya untuk dipulangkan dari pondok yang berada di Kecamatan Mojo, Kota Kediri. Bintang mengaku sudah tidak kuat berada di sana.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pesannya kepada keluarga, Bintang sempat mengaku ketakutan. Namun, dia tidak menjelaskan apa yang membuatnya takut.

Cpet sini. Aku takut maaa. Maaa tolonggh. Sini cpettt jemput,” ujar Bintang dalam pesan WhatsApp.

Berikut Fakta-fakta Baru di Kasus Tewasnya Santri Ponpes Al Hanifiyah Kediri:

1. Pilu Ibu Bintang Kisahkan Brutalnya Aksi Penganiayaan Senior

Suyanti, ibu korban menuturkan bagaimana anaknya dianiaya dengan brutal oleh empat seniornya yang kini telah jadi tersangka itu. Ironisnya, satu dari empat tersangka masih merupakan sepupu Bintang sendiri.

Suyanti mengatakan, penganiayaan yang dialami Bintang terjadi pada Rabu (21/02). Saat itu Bintang dipukuli hingga dibanting.

Ia tak mampu melanjutkan lebih jauh cerita saat Bintang dihajar oleh seniornya. Yanti hanya tidak menyangka bahwa keponakan dan teman-temannya bisa setega itu.

“Saya tidak tahu kenapa setega itu, ini brutal sekali. Bahkan mereka masih bisa bilang anak saya sakit karena jatuh dari kamar mandi,” kata Suyanti sembari terisak, Rabu (28/2/2024).

2. Bintang Panggil Kakek Neneknya

Saat dianiaya, Bintang sempat menyebut atau memanggil-manggil nama mbah atau kakeknya. Namun para tersangka semakin kalap memukuli dan membanting Bintang. Penuturan Suyanti itu didasarkan dari pengakuan para santri yang menjadi saksi penganiayaan anaknya.

“Bintang itu teriak Mbah Nang, Mbah Dok dia kalau manggil Mbah nya khan Mbah Lanang dan Mbah Wedok. Jadi pas dibanting itu manggil mbahnya,” tutur Suyanti.

Suyanti menyebut anak bungsunya itu sejak usia 2 tahun memang telah dirawat sang kakek dan neneknya. Sehingga, secara emosional Bintang lebih dekat dengan orang tua Suyanti itu.

Buwasan (73) dan Yatimah (64) adalah orang tua kandung Suyanti. Mereka telah merawat Bintang seperti anak sendiri, saat kedatangan jenazah Bintang, Buwasan dan Yatimah adalah orang yang paling terpukul.

“Pas datang itu, ayah dan ibu saya ndak kuat melihat. Jadi jenazah Bintang saya yang mendekap dan hanya bisa mendoakan,” kata Suyanti.

3. Pengakuan Para Pelaku

Diketahui, dalam kasus ini, polisi telah menetapkan 4 kakak kelas korban sebagai tersangka. Keempatnya berinisial MN (18) asal Sidorjo, MA (18) asal Nganjuk, AF (16) asal Denpasar yang tak lain merupakan sepupu Bintang, dan AK (17) asal Surabaya.

Kepada kuasa hukumnya, para pelaku mengaku memukul Bintang karena jengkel. Sebab, Bintang susah dinasihati, terutama soal kewajiban salat berjemaah.

Kuasa hukum keempat pelaku, Rini Puspitasari menjelaskan, para pelaku merasa frustasi karena Bintang sulit untuk diajak komunikasi, terutama dalam hal ketaatan beragama.

Para pelaku dan korban ini tinggal dalam satu kamar di pondok pesantren yang diasuh oleh Gus Fatihunnada alias Gus Fatih. Awalnya, pelaku mengetahui bahwa Bintang tidak melaksanakan ibadah wajib salat 5 waktu. Akhirnya, para pelaku mencoba menasihati, namun tidak direspons dengan baik.

“Ini berdasarkan keterangan anak-anak mengakui memukul dan tidak niat biar Bintang sampai gimana. Itu benar-benar emosi sesaat, karena Bintang diomongi tidak manut,” kata Rini Puspitasari membela para pelaku, Rabu (28/2/2024).

4. Awal Mula Kondisi Semakin Memanas

Rini juga menambahkan, korban baru saja sembuh dari sakitnya. Sehingga, ia tidak bersekolah dan hanya di kamar saja.

“Bintang itu baru sembuh dari sakit. Kemudian beberapa hari tidak sekolah dan tidak salat jemaah. Mereka ini kan satu kamar. Awalnya itu yang dapat info itu AK dan AF sepupunya. Kemudian menegur si Bintang. Ditanyai, kamu kenapa tidak salat? Bintang jawabnya itu tidak nyambung. Kejadian ini pada Rabu (21/2),” imbuh Rini.

Lalu pada Kamis (22/2), para pelaku mendapatkan informasi bahwa Bintang kembali tidak ikut salat berjemaah lagi. Para pelaku akhirnya memerintahkan Bintang untuk salat, namun Bintang memilih mandi dulu.

Saat itulah kondisi semakin memanas. Ketika Bintang keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang, para pelaku menganggap Bintang sedang menantang mereka.

“Keluar dari kamar mandi Bintang itu telanjang. Kemudian oleh salah satu pelaku dirangkul dan dibawa ke kamar. Kemudian diomongi lagi dan Bintang jawabannya tidak nyambung. Iya-iya gitu tok, tapi tidak dilaksanakan. Terus sempat melotot, akhirnya dipukul lagi,” ucap Rini.

5. Saat Bintang Dinyatakan Meninggal Dunia

Pada hari Kamis (22/2) malam, pelaku sempat mengobati luka-luka korban akibat pemukulan. Mereka juga sempat berniat untuk membawa korban ke rumah sakit. Tetapi tidak jadi.

“Pada Jumat (22/2) jam 03.00 WIB si AF (sepupu korban) dibangunin. Diomongin, kok Bintang tambah pucat. Lalu dibawa ke rumah sakit. Terus di rumah sakit ternyata kan meninggal,” ungkapnya.

Mengetahui Bintang meninggal dunia di Rumah Sakit Arga Husada Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, AF kembali ke pondok. Dia melapor ke pengasuh PPTQ Al-Hanifiyyah Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Gus Fatih.

“Kemudian, jenazahnya dibawa ke pondok, lalu dimandikan dan dikafani dibawa ke Banyuwangi hari Jumat setelah salat Jumatan. Hingga akhirnya seperti ini,” jelas Rini.

6. Polisi Panggil Sejumlah Saksi

Sejumlah pengurus Pondok Pesantren Al Hanifiyah Kediri diperiksa oleh Sat Reskrim Polres Kediri. Pemeriksaan ini demi kepentingan penyidikan kasus tewasnya Bintang Bilqis Maulana (14), santri asal Banyuwangi yang dianiaya oleh santri senior di ponpes.

Kasat Reskrim Polres Kediri Kota AKP Nova Indra Pratama mengatakan pihaknya menjadwalkan pemeriksaan terhadap pengurus PPTQ Al-Hanifiyah hari ini.

“Sejauh ini ada delapan saksi, hari ini sedang berjalan, namun maaf kami tidak bisa memberitahu jalannya pemeriksaan. Kemungkinan nanti kita akan ada tambahan pemeriksaan saksi lagi. Pengurus dan pengasuhnya rencana meyusul setelah ini,” kata AKP Nova Indra Pratama, Rabu (28/2/2024).

Berdasarkan pantauan detikJatim di Mapolres Kediri Kota, delapan saksi yang sudah dimintai keterangan adalah teman-teman korban di ponpes dan dokter dari Kediri hingga Banyuwangi yang melakukan pemeriksaan terhadap jenazah korban.

Sementara itu, pemeriksaan terhadap pengurus dan pengasuh pondok akan dilakukan untuk klarifikasi tentang kejadian tersebut. “Soal keterlibatan kita dalami bagaimana pengetahuan dari pihak pondok tersebut,” imbuh Nova.

7. Penyebab Kematian Bintang Masih Didalami

Ditanya soal penyebab kematian hingga luka di tubuh korban yang terungkap dari hasil visum, Nova mengaku masih menunggu hasil resmi dari tim dokter rumah sakit di Banyuwangi.

Untuk hasil visum sementara, telah terjadi penganiayaan pada korban. Sedangkan, keempat pelaku masih ditahan di Mapolres Kediri Kota.

“Kami sudah berkoordinasi dengan RS di Banyuwangi untuk hasil visumnya. Kemudian juga koordinasi dengan Polres Banyuwangi untuk minta sama-sama pemeriksaan ahli visum, Yang jelas bahwa korban tewas karena adanya penganiayaan,” pungkas Nova.

Simak Video “Sederet Fakta Santri di Kediri Tewas Dianiaya 4 Seniornya
[Gambas:Video 20detik]
(hil/dte)

[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *