[ad_1]
Bandung –
Koko, pria asal Cicadas, Kota Bandung telah menghabiskan separuh hidupnya berjualan atribut Persib Bandung. Berbagai pertandingan telah Koko lewati demi cuan bersama tim Maung Bandung.
Sejak mentari menyapa, Koko sudah tiba di Stadion Si Jalak Harupat di Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Selasa (27/2/2024). Kali ini, Persib berkandang di Stadion Si Jalak Harupat lantaran Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) direnovasi. Maung Bandung menghadapi PSIS Semarang dalam lanjutan Liga 1.
Koko bersama semangatnya yang tak pernah ciut itu siap berburu cuan. Sasarannya para suporter yang datang di Stadion Si Jalak Harupat.
Di antara para pedagang atribut lainnya, dirinya nampak terlihat bersemangat dalam berjualan. Setiap penonton yang melintasi tempat jualannya kerap ditawari untuk membeli.
“Kaus Persib, syal, hayu-hayu beli,” kata Koko.
Koko begitu ramah. Ia pun menyempatkan diri untuk berbincang bersama detikJabar. Koko menceritakan perjuangannya menjual atribut Persib dari stadion ke stadion, dari daerah ke daerah. Ia memulai usahanya itu sejak 1985. Pilihan hidupnya sebagai penjual atribut itu dimulai saat Persib masih berkandang di Stadion Siliwangi.
“Iya saya jualan dari tahun 1985. Dulu pas masih zaman di Siliwangi pas perserikatan pokonya mah. Dulu mah ikut sama orang tua. Sekarang alhamdulillah bisa jualan sendiri,” kata Koko.
Selain berharap cuan dari setiap laga Maung Bandung, Koko saban hari berjualan asinan di kediamannya. “Kalau Persib main, saya jualan baju. Kalau sehari-sehari mah jualan asinan keliling di dekat rumah di Cicadas,” katanya.
Dia mengungkapkan mendapatkan barang dagangannya tersebut dari grosir. Kemudian dirinya menjualnya kembali untuk mendapatkan keuntungan. “Jualan gini aja da gimana lagi. Kalau baju mah beli dari orang, ngoles keuntungannya aja sedikit,” jelasnya.
Koko menjual kaus Persib Bandung seharga Rp 100 ribu untuk ukuran dewasa. Sementara untuk ukuran anak-anak dirinya menjual Rp 50 ribu.
“Kalau syal harganya macam-macam sesuai ukurannya. Harganya mah dari Rp 50 ribu sampai Rp 150 ribu,” bebernya.
Selama berjualan atribut Persib Bandung dirinya kerap mendapatkan pengalaman pahit maupun manis. Pasalnya dirinya kerap berjualan hingga Persib Bandung melangsungkan laga tandang di berbagai kota.
“Iya dulu mah pas belum ada peraturan suporter tamu gak boleh datang mah saya jualan kemana-mana. Pernah ke Palembang, Padang, Riau, darerah pulau Jawa mah udah semua lah,” tuturnya.
Menurutnya penjualan atribut saat ini telah mengalami penurunan penjualan. Hal tersebut, kata dia, diawali banyaknya penjualan secara online.
“Sekarang mah omzet gak bisa ditarget. Misalnya dulu mah bawa barang 100, bisa laku 50. Duh sekarang mah jualan di atas 10 baju juga sulit. Soalnya kan ada online juga. Terus kan ada peraturan suporter tamu gak boleh datang. Kalau gak ada peraturan itu mah saya jualan bisa ke luar kota juga,” pungkasnya.
(sud/sud)
[ad_2]
Source link