[ad_1]


Bengkulu

Rumah bekas kediaman Bung Karno atau Soekarno di Bengkulu merupakan salah satu tempat pengasingannya oleh pemerintah Belanda. Rumah ini menjadi saksi perjuangan Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Selama di rumah pengasingan tersebut, Soekarno banyak melakukan berbagai kegiatan seperti membuat grup Monte Carlo hingga aktif di organisasi Muhammadiyah. Sekarang rumah bekas kediaman Bung Karno ini telah menjadi tempat wisata dan dikelola oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu.

Berikut detikSumbagsel rangkum informasi mengenai rumah bekas kediaman Bung Karno di Bengkulu.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Rumah Bekas Kediaman Bung Karno

Rumah Bung Karno di BengkuluRumah Bung Karno di Bengkulu Foto: (Fitraya/detikTravl)

Dilansir dari situs resmi Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu, rumah bekas kediaman Bung Karno ini berlokasi di jalan Soekarno Hatta No.8, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.

Rumah bekas kediaman Bung Karno ini merupakan tempat pengasingan Soekarno oleh Pemerintah Belanda, sebelumnya ia diasingkan di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Rumah ini dibangun pada tahun 1918 yang memiliki luas sekitar 165 m2 dengan ukuran bangunan 9X18 meter, berbentuk persegi panjang dan atapnya berbentuk limas. Kediaman Bung Karno ini memiliki arsitektur perpaduan antara Eropa dan Cina yang dibangun oleh Tjang Tjeng Kwai. Tjang Tjeng Kwai sendiri adalah seorang penyalur bahan pokok untuk keperluan pemerintah kolonial Belanda di Bengkulu.

Saat Soekarno diasingkan di rumah tersebut, pemiliknya adalah seorang pedagang yang berasal dari Tionghoa bernama Lion Bwe Seng.

Sebagai informasi yang dilansir dari situs resmi Portal Informasi Indonesia, air dari sumur tersebut pernah dibawa oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu ke Ibu Kota Negara (IKN) saat acara penyatuan tanah dan air.

Kehidupan Soekarno Selama Pengasingan di Bengkulu

Rumah Pengasingan Bung Karno di BengkuluRumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu Foto: Triono Wahyu S/detikcom

Dilansir dari Buku Kiprah Politik Soekarno, Bung Karno diasingkan di Bengkulu pada tahun 1938 hingga 1942. Selama diasingkan di Bengkulu, Soekarno ditemani sang istri Inggit Garnasih dan anak angkatnya Ratna Djuami.

Karena statusnya sebagai tahanan Soekarno selalu diawasi oleh polisi Belanda seperti ketika berkenalan dengan masyarakat sekitar hingga mencatat tamu yang datang ke kediaman Soekarno. M. Ali Chanafiah dan Salmiah Pane adalah beberapa orang yang sering berkunjung ke kediaman Bung Karno tersebut.

Selama di Bengkulu, Soekarno menggunakan sepeda sebagai alat transportasi untuk berkeliling dan menikmati suasana serta pemandangan di sekitar Kota Bengkulu. Akan tetapi, pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan khusus untuk mencegah Soekarno membonceng orang-orang dengan sepedanya.

Tujuan dari peraturan khusus yang dikeluarkan ini karena pemerintah Belanda tidak ingin Soekarno membonceng orang dengan sepedanya yang dianggap dapat membahayakan Soekarno dan orang yang diboncengnya. Selain itu saat di Bengkulu, Soekarno memiliki keinginan untuk merenovasi sebuah masjid yang saat ini dikenal sebagai Masjid Jamik Bengkulu. Namun, Soekarno mendapat respon negatif dari golongan tua yang tidak ingin ada perubahan apapun.

Selain berkeinginan merenovasi masjid, Soekarno juga membentuk grup pertunjukan seni musik dan drama bernama Monte Carlo. Di grup ini, Soekarno menulis naskah grup sandiwara untuk mendidik dan memotivasi rakyat.

Selama masa pengasingan di Bengkulu, Soekarno banyak aktif di kegiatan Muhammadiyah bersama berbagai tokoh. Bung Karno banyak menjadi penggerak dalam pembangunan masjid di Bengkulu.

Di rumah kediaman Bung Karno terdapat sumur timba yang terletak di bagian belakang rumah. Soekarno sendiri sering menggunakan air dari sumur ini untuk mandi dan mencuci muka karena menurutnya air tersebut segar dan bersih.

Rumah Kediaman Bung Karno Saat Ini

Rumah Bung Karno di BengkuluRumah Bung Karno di Bengkulu Foto: (Fitraya/detikTravl)

Saat ini rumah kediaman Bung Karno dikelola oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Pemerintah setempat menjadikan rumah ini sebagai tempat wisata sejarah dan banyak dikunjungi wisatawan ketika berkunjung ke Bengkulu.

Harga tiket masuk rumah Bung Karno ini dikenakan biaya sekitar Rp 3.000 dan jam operasionalnya sebagai tempat wisata mulai pukul 08.00-17.00 WIB setiap harinya.

Arsitektur China masih terasa di rumah ini. Terdapat lubang angin di atas jendela dan ukiran huruf atau kata-kata dalam bahasa China. Ada juga benda bersejarah peninggalan Soekarno seperti sepeda, naskah sandiwara dan kostum Monte Carlo.

Kondisi rumah pengasingan Bung Karno saat ini masih sangat terjaga.Di dalam rumah tersebut masih tersimpan benda-benda peninggalan Bung Karno. Antara lain buku-buku, lukisan, foto, sepeda, kursi meja, dan tempat tidur.

Foto-foto terpajang di dinding rumah beserta informasi rumah kediaman Bung Karno. Informasi itu menceritakan sejarah dan jejak narasi Bung Karno untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Selain itu, tersimpan koleksi surat cinta Bung Karno dan Fatmawati. Fatmawati sendiri merupakan istri dari Soekarno yang berasal Bengkulu dan sekarang dikenal sebagai penjahit bendera nasional merah putih saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Demikian informasi mengenai rumah bekas kediaman Bung Karno di Bengkulu. Semoga bermanfaat buat detikers.

Simak Video “Seusai Nyoblos Mahfud Md Akan ke Jakarta Pantau Quick Count Bareng Megawati
[Gambas:Video 20detik]
(dai/dai)

[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *