[ad_1]

CIAMIS, KOMPAS.com – Tekad, belajar, dan berani mengambil risiko menjadikan Yudi Eko Santosa sukses dalam bisnisnya. Dengan bendera PT Kaytama Sentra Delta, pria asal Cilacap ini membawa kayu olahan Indonesia ke manca negara dan berhasil meraup omzet 2,7 juta dollar AS atau sekitar Rp 42,6 miliar pada 2022.

“Kami memiliki tagline Ndeso rasa bule, karena biasanya eksportir itu berkantor pusat di Jalan Jendral Sudirman (Jakarta). Teman teman buyer saya enggak pernah mau saya ajak ke sini (Banjarsari). Karena gurauan mereka, ‘tempat kamu itu ga ada di google map’. Tapi, alhamdulillah, saya bukannya minder, malah justru sering menantang teman-teman dari kota-kota besar. Ayo, saya saja yang di kampung bisa,” ujar Yudi di kantornya di Desa Sukasari, Banjarsari, Ciamis, Jawa Barat, akhir pekan lalu.

Tentunya Yudi tidak langsung meraih kesuksesan. Dia pun mengalami pasang surut usahanya. Yudi bercerita, awalnya di merintis usaha di penggergajian kayu di Majenang, Cilacap, setelah memutuskan keluar dari tempat bekerjanya selama 17 tahun di Perhutani. “Saya memutuskan berhenti dan keluar dari zona nyaman, dan merintis usaha,” ucap dia.

Baca juga: Mencicipi Gurihnya Bisnis Mi Bangladesh di Medan, Omzet Puluhan Juta Rupiah

Lama-kelamaan sebut Yudi, dirinya berpikir kalau hanya bermain di lokal maka akan susah untuk besar. “Akhirnya saya mencoba mengambil risiko, belajar ekspor. Dengan segala keterbatasan, saya banyak belajar ke sana sini. Alhamdulillah Kaytama punya 3 divisi sekarang ini,” kata dia.

Divisi pertama adalah penampungan kayu di Ciamis sekaligus tempat penggergajian kayu (TPK) di dekat kantornya di Banjarsari. Kaytama menampung kayu sengon atau albasiah. “Saya suplai ke pabrik-pabrik plywood di Jawa Timur dan Jawa Tengah,”ujarnya.

Dia bercerita, pendirian TPK tersebut karena dirinya melihat, mayoritas penduduk di daerah tersebut saat panen hanya mengirim kayu secara gelondongan. “Dari situ saya punya konsep, bagaimana caranya saya bisa menambah income buat masyarakat sekitar,” imbuh dia.

Dia pun membuka penampungan kayu di Ciamis, yakni di Banjarsari dan Kawali.
“Alhamdulillah untuk lokal kayu sengon saya omzet 1 bulan rata-rata 800 juta kubik,” katanya.

Kemudian ada divisi ekspor kayu olahan. Pada 2014, dengan modal pinjaman Rp 150 juta dari Bank Negara Indonesia (persero) atau BNI, Yudi memulai bisnis ekspornya.

“Divisi yang 90 persen saya all out itu di ekspor kayu. Alhamdulillah walaupun di kampung seperti ini, yang tidak ada di google map, tapi saya bisa kirim ke 17 negara, di antaranya Amerika, Australia, New Zealand dan lain-lain. Saya ada 37 klien sampai saat ini,” papar Yudi.

Saat ini, Kaytama merupakan pemasok produk kayu olahan yang menawarkan berbagai macam jenis kayu dalam berbagai bentuk produk jadi. Mulai dari Exterior Decking (R1F/E4E/Groove/AntiSkid), Structural Engineered Timber Products (Glue Laminated & Plywood), Solid Timber Panel (Edge Glued & Finger Jointed Panels) dan Industrial components (Laminated Scantlings, Beams, Door Jambs & Frames).

Baca juga: Modal Rp 500.000, Kini Warung Kopi Ini Raup Omzet Rp 50 Juta

Produk kayu olahan produksi Kaytama pun sudah dilengkapi dengan Sertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) No. : 0133-VLK-MMS-017- IDN dengan Tanda SVLK No. : VLHH-32-09-0004. Saat ini, Kaytama juga telah menjadi perwakilan resmi perusahaan Australia.

“Kami bangga bahwa seluruh fasilitas kami telah mematuhi skema yang merupakan implementasi dari Voluntary Partnership Agreement (VPA) on Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT) yang ditandatangani oleh Negara-negara Uni Eropa,” katanya.

“Hal ini seiring dengan upaya Pemerintah Indonesia untuk mengkampanyekan pengakuan yang lebih luas khususnya untuk produk kayu olahan di pasar lain,” tambah dia.

Adapun divisi ketiga ada pengapalan kontainer. “Kebetulan tanggal 31 agustus 2021 lalu, saya menambah divisi baru di container shipping. Alhamdulilah saya bisa bekerja sama dengan 23 liner, dari mulai OOCL, Maersk, KMTC, dan lain-lain,” kata Yudi.

Dia pun mendapatkan kucuran pinjaman Rp 1,5 miliar dari BNI untuk lini bisnis jasa pengapalan kontainer tersebut.

Berawal hanya dengan dua orang termasuk dirinya, saat ini Yudi mempunyai 13 pegawai inti untuk menjalankan bisnisnya.

Dengan 3 divisi bisnisnya itu, Yudi sempat meraup omzet 2,7 juta dollar AS pada 2022. Namun memasuk 2023, kondisi global yang memanas, omzetnya pun turun hingga 40 persen.

“Dengan adanya krisis Ükraina-Rusia, dilanjut Palestina-Israel perang, omzet kami turun 40 persen, omzet kita tahun 2023 hanya 1,7 juta dollar AS,” sebutnya.

Untuk itu, Yudi tidak berpuas diri dengan segala pencapaiannya saat ini. Dia pun berharap bisa memiliki pabrik pengolahan kayu.

“Impian kami ingin memiliki pabrik Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu, kami sudah memiliki rencana untuk membangun pabrik tersebut di daerah Lamongan, Jawa Timur,” harapnya.

Baca juga: Cerita Ogy Raup Omzet dari Franchise Go-Milk, Bisa Biayai Pendidikan S2

Sementara itu, Branch Service Manager BNI Kantor Cabang Banjar, Yoli Rinadi mengatakan, pihaknya mempunyai program BNI Xpora yang khusus didesain untuk membantu para pelaku UMKM agar mengglobal.

Dalam BNI Expora ini sebud Yoli, bank pelatmerah ini memaksimal kekuatan kantor cabang luar negeri yang berada di pusat-pusat perdagangan dunia, seperti Inggris, Singapura, Hong Kong, Seoul, New York, hingga sub branch di Osaka.

Menurtu dia, Kaytama merupakan salah satu mitra BNI dari empat UMKM terbesar yang ada di Banjar. “Tentunya kami berharap keberhasian Pak Yudi bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat Banjar,” ucap dia.

Baca juga: Ini Kisah 2 UMKM yang Berhasil Tingkatkan Omzet dan Masuk Pasar Ekspor

 


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *