[ad_1]

Wisatawan asing mengunjungi kompleks obyek wisata Tamansari di Kecamatan Kraton, Yogyakarta, Senin (11/9/2023).
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Wisatawan asing mengunjungi kompleks obyek wisata Tamansari di Kecamatan Kraton, Yogyakarta, Senin (11/9/2023).

JAKARTA, KOMPAS — Tingginya pergerakan wisatawan mancanegara di Indonesia menjadi salah satu pencapaian pemerintah pada tahun ini. Sebaliknya, geliat pergerakan wisatawan domestik belum sesuai harapan.

Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menunjukkan, sektor pariwisata telah menyumbang 3,83 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) per September 2023. Adapun target tahun ini dipatok 4,5 persen dari PDB. Dalam periode yang sama, nilai devisa wisata yang dihasilkan mencapai 10,46 miliar dollar AS atau Rp 162 triliun (kurs Rp 15.489 per dollar AS).

Wisatawan mancanegara (wisman) yang bertandang ke Tanah Air mencapai 9,49 juta kunjungan hingga Oktober 2023. Angkanya lebih tinggi ketimbang tahun lalu yang hanya 5,89 juta kunjungan.

Baca juga: Pergerakan Wisatawan Tinggi, tetapi Durasi Menginap Rendah

Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan, pihaknya telah merevisi dua kali target kunjungan wisman. Pada awal 2023, ia menargetkan 7,4 juta kunjungan. Namun, animo yang tinggi mendorongnya mengubah target menjadi 8,5 juta kunjungan.

”Tapi, sampai Oktober sudah 9,5 juta (kunjungan) dan kita menuju mudah-mudahan target di atas 11 juta kunjungan wisman di akhir 2023,” ujar Sandi dalam jumpa pers akhir tahun di Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat menjawab pertanyaan wartawan seusai konferensi pers mingguan di Jakarta, Senin (18/12/2023).
KOMPAS/YOSEPHA DEBRINA R PUSPARISA

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat menjawab pertanyaan wartawan seusai konferensi pers mingguan di Jakarta, Senin (18/12/2023).

Wisatawan nusantara (wisnus) menghasilkan 688,78 juta perjalanan sampai Oktober 2023. Berbeda dengan kunjungan wisman, perjalanan dalam negeri masih jauh dari target sebesar 1,4 miliar pergerakan.

Secara terpisah, pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Chusmeru, mengapresiasi capaian kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Itu artinya, industri pariwisata masih bergairah di tengah kondisi ekonomi global yang tak menentu. Pada saat bersamaan, Indonesia baru saja pulih dari krisis pandemi Covid-19.

Namun, pasar perjalanan wisnus masih belum mencapai target karena kondisi dalam negeri yang tak mendukung. Proses pemulihan ekonomi Indonesia belum mampu mengangkat geliat masyarkat untuk beperjalanan. Mereka masih fokus untuk memenuhi kebutuhan primer, sedangkan pariwisata bukan agenda prioritas untuk saat ini. Harga kebutuhan pokok yang naik bebarengan dengan peningkatan sejumlah biaya perjalanan, seperti tiket kereta api dan pesawat.

”Oleh karena itu, bisa dimaklumi kalau capaian (pergerakan) domestiknya belum memenuhi target,” kata Chusmeru.

Investasi pariwisata

Dari segi investasi, realisasi pada sektor pariwisata hingga semester I-2023 sebesar 60 persen dari target. Sejauh ini, penanaman modal dalam negeri (PMDN) lebih besar dari penanaman modal asing (PMA). Nilainya sekitar 1 miliar dollar AS atau Rp 15,49 triliun dibanding 588,2 dollar AS yang setara dengan Rp 9,1 triliun.

”Kita sudah menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” kata Sandi.

Suasana pagi hari di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Suasana pagi hari di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Mayoritas PMDN berbentuk hotel berbintang, diikuti pengembangan kawasan pariwisata dan restoran. Lokasinya tersebar dengan pusat investasi di Nusa Tenggara Barat, disusul DKI Jakarta, kemudian Bali.

PMA masih didominasi negara-negara Asia. Singapura mendominasi dengan proporsi 28,2 persen. Tepat di bawahnya ada Hong Kong (19,8 persen) dan India (15,9 persen).

Menyongsong 2024, Kemenparekraf memperkirakan beberapa tren pariwisata yang akan digandrungi banyak orang. Hal ini berlaku bagi wisatawan dalam negeri dan asing.

Baca juga: Pangsa Pasar Menjanjikan, Pemerintah Garap Wisata Medis dan Kebugaran

Wakil Menparekraf Angela Tanoesoedibjo mengatakan, setidaknya ada empat tren yang ramai pada tahun depan. Pertama, bleisure (business and leisure) yang menggabungkan bisnis serta liburan dalam satu perjalanan.

”Kita bisa bawa (wisatawan) dari Jakarta untuk berbisnis ke Bali, Labuan Bajo, dan Borobudur untuk berlibur. Bagaimana membuat paket-paket gabungan antara bisnis dan leisure, apalagi makin banyak kegiatan pertemuan dan pameran (MICE) yang akan didorong,” ujarnya.

Ilustrasi Film <i>Gadis Kretek</i>
YUYU WINNETOU/NETFLIX

Ilustrasi Film Gadis Kretek

Kedua, wellness experience atau wisata kesehatan yang mencakup pula kesehatan jiwa seseorang. Saat ini, pemerintah tengah menggarap kawasan ekonomi khusus di Sanur, Bali, untuk mengakomodasi jenis wisata ini.

Ketiga, deep and meaningful mengarah pada pemaknaan dari sebuah perjalanan. Angela mengatakan, Indonesia memiliki peluang besar pada jenis wisata ini karena memiliki alam, budaya, sejarah, dan penceritaan yang mendukung. Model wisata ini makin dicari didorong tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk lebih memaknai hidup setelah menghadapi pandemi Covid-19.

Konsep keempat disebut set-jetting. Lokasi shooting dimanfaatkan menjadi tempat wisata. Sebagai contoh, serial Gadis Kretek berhasil menarik perhatian banyak orang. Alhasil, Museum Kretek, Kudus, yang menjadi tempat shooting serial ini menjadi sorotan.

Baca juga: Gadis Kretek: Menelusuri Sejarah dan Identitas Diri melalui Fotografi

[ad_2]

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *