[ad_1]

Penyerang Liverpool Mohamed Salah melakukan pemanasan sebelum pertandingan Liga Inggris antara Burnley dan Liverpool di Stadion Turf Moor, Burnley, Rabu (27/12/2023) dini hari WIB.
AP/JON SUPER

Penyerang Liverpool Mohamed Salah melakukan pemanasan sebelum pertandingan Liga Inggris antara Burnley dan Liverpool di Stadion Turf Moor, Burnley, Rabu (27/12/2023) dini hari WIB.

Setelah separuh musim Liga Inggris berlalu, terdapat tiga tim yang paling berpeluang juara. Dari sisi performa maupun kualitas tim. Mereka adalah Liverpool, Arsenal, dan Manchester City. Masalahnya, tidak ada satu pun dari ketiganya yang sempurna. Satu sama lain masih punya cela masing-masing yang terlihat sangat jelas.

Liverpool menyudahi paruh musim sebagai pemuncak klasemen. Mereka mengoleksi 42 poin, unggul atas Arsenal (40 poin) maupun juara bertahan City (37) yang masih belum memainkan laga pekan ke-19. Tim asuhan manajer Juergen Klopp itu bisa bersinar berkat efisiensi di dua sisi kotak penalti, sesuatu hal yang tidak dikuasai Arsenal.

“Si Merah” merupakan tim dengan kemasukan paling sedikit (16 gol). Padahal, pertahanan mereka bukan yang terbaik.

“Si Merah” merupakan tim dengan kemasukan paling sedikit (16 gol). Padahal, pertahanan mereka bukan yang terbaik. Menurut Understat, Liverpool menghadapi peluang lawan yang jauh lebih banyak ketimbang Arsenal dan City, yaitu 23,97 expected goals against (xGA). Namun, berkat kepiawaian penjaga gawang Alisson Becker, potensi kemasukan sekitar 8 gol bisa “dipotong”.

Baca juga : Mekar dan Meredup di Manchester City

Di sisi serangan, Liverpool ditopang oleh penyerang Mohamed Salah yang sudah menciptakan 12 gol dan 7 asis. Tidak ada satu pemain pun yang bisa melampaui kontribusi gol Salah musim ini, termasuk predator Manchester City Erling Haaland (14 gol dan 4 asis). Bersama Salah, serangan Liverpool selalu benar.

Penyerang Liverpool Darwi Nunez melakukan selebrasi setelah pertandingan Liga Inggris antara Burnley dan Liverpool di Stadion Turf Moor, Burnley, Rabu (27/12/2023) dini hari.
AP PHOTO/JON SUPER

Penyerang Liverpool Darwi Nunez melakukan selebrasi setelah pertandingan Liga Inggris antara Burnley dan Liverpool di Stadion Turf Moor, Burnley, Rabu (27/12/2023) dini hari.

Meskipun begitu, bukan berarti Liverpool sudah sempurna. Fakta tentang efisiensi di dua kotak penalti juga menunjukkan sisi lain. Mereka sebenarnya tidak terlalu dominan di lapangan, tetapi banyak bergantung pada faktor individu unggul dalam serangan maupun bertahan. Titik paling lemah dari Liverpool adalah lini tengah.

Rejuvenasi di lini tengah memang membuat Liverpool lebih energik musim ini. Namun, presensi gelandang baru seperti Dominik Szoboszlai belum mampu membuat tim mendominasi mutlak lapangan tengah seperti di era kejayaan Klopp. Kerentanan tersebut terlihat jelas ketika laga-laga besar yang berlangsung intens.

Baca juga : Liverpool Memimpin, tapi Manchester City Tetap Favorit Juara

Liverpool belum sekali pun menang atas tim “Klasik 6 besar” setelah separuh musim berlalu. Mereka mencatatkan 4 kali imbang dan sekali kalah. Dua laga di antaranya berlangsung pada bulan Desember ini di kandang, Stadion Anfield, versus Manchester United dan Arsenal. Mereka harus puas berbagi poin dengan tim tamu.

“Si Merah” sedikit diuntungkan karena tidak bermain di Liga Champions, tidak seperti Arsenal dan City. Namun, ujian sebenarnya baru akan datang di awal tahun. Salah akan bergabung dengan tim nasional Mesir di Piala Afrika, sementara gelandang Wataru Endo akan membela Jepang di Piala Asia. Setidaknya, Liverpool akan kehilangan mereka selama sebulan.

Ekspresi Manajer Arsenal Mikel Arteta pada akhir pertandingan Liga Inggris antara Arsenal dan West Ham di Stadion Emirates, London, Jumat (29/12/2023) dini hari WIB. West Ham mengalahkan Arsenal, 2-0.
AFP/HENRY NICHOLLS

Ekspresi Manajer Arsenal Mikel Arteta pada akhir pertandingan Liga Inggris antara Arsenal dan West Ham di Stadion Emirates, London, Jumat (29/12/2023) dini hari WIB. West Ham mengalahkan Arsenal, 2-0.

Ledakan Arsenal

Berbanding terbalik dengan Liverpool, Arsenal merupakan tim paling dominan dari sisi permainan. Mereka nyaris selalu mendominasi laga, unggul penguasaan dan jumlah tembakan, atas setiap lawan. Tercermin juga dari kualitas pertahanan, mereka mencatat kecolongan peluang lawan paling sedikit sejauh ini (18,19 xGA). Lini tengah mereka yang dipimpin Declan Rice sangat sulit ditembus.

Masalah terbesarnya adalah ketajaman para penyerang “Si Meriam”. Jika dibandingkan dengan jadwal musim lalu, dalam 19 laga dengan lawan-lawan yang sama, produktivitas Arsenal merosot jauh. Mereka hanya mencatat 36 gol musim ini, saat mampu menciptakan 48 gol musim lalu. Defisit 12 gol cukup memperlihatkan betapa serius masalah di lini serang.

Baca juga: Penyakit Kambuhan “Raja London” Arsenal

Uniknya, Arsenal kehilangan sengatan dari permainan terbuka yang begitu diandalkan sepanjang musim lalu. Mereka baru menciptakan 19 gol dari permainan terbuka atau separuh lebih sedikit dari total gol. Terdapat 11 tim yang mencetak gol lebih banyak dari permainan terbuka, antara lain tim papan tengah Bournemouth dan Fulham.

Tim asuhan manajer Mikel Arteta itu justru berubah bagai Stoke City yang terkenal bertumpu dengan bola mati di dekade lalu. Sebanyak 11 gol sudah diciptakan Arsenal dari bola mati, di luar penalti. Mengandalkan bola mati bukan sesuatu yang haram. Akan tetapi, sulit konsisten dalam kompetisi 38 pekan jika hanya bergantung dari hal tersebut.

Reaksi gelandang Arsenal Declan Rice pada akhir pertandingan Liga Inggris antara Arsenal dan West Ham di Stadion Emirates, London, Jumat (29/12/2023) dini hari WIB. West Ham mengalahkan Arsenal, 2-0.
AFP/HENRY NICHOLLS

Reaksi gelandang Arsenal Declan Rice pada akhir pertandingan Liga Inggris antara Arsenal dan West Ham di Stadion Emirates, London, Jumat (29/12/2023) dini hari WIB. West Ham mengalahkan Arsenal, 2-0.

Arteta mesti menyelesaikan masalah efisiensi di lini depannya. Terutama penurunan drastis yang ditampilkan penyerang sayap Gabriel Martinelli di sisi kiri. Martinelli baru mencatat 2 gol dan 2 asis. Musim lalu, dia merupakan pemain produktif untuk Arsenal di liga (15 gol dan 5 asis). Inefisiensi Martinelli di sisi kiri membuat permainan “Si Meriam” monoton karena bergantung ke sisi kanan yang diisi Bukayo Saka.

Jendela transfer Januari bisa menjadi kesempatan Arsenal untuk mencari solusi. Arteta butuh penyerang murni yang bisa memberikan dimensi baru di lini depan. Seperti diketahui, kelebihan utama penyerang Gabriel Jesus adalah menjadi katalis serangan, bukan mencetak gol. Jesus baru menyumbang 3 gol di liga hingga saat ini.

Baca juga : Pelarian Manchester United dari Siklus Inkonsistensi

Jika kelebihan Arsenal dan Liverpool disatukan, mereka akan menjadi tim yang sempurna. Itulah wujud skuad City. Tim asuhan manajer Josep Guardiola tersebut masih yang terbaik di liga. Mereka bisa mendominasi permainan dan juga berkuasa di dua sisi kotak penalti. Namun, bukan tanpa alasan mereka tidak bisa memuncaki klasemen paruh musim.

City tidak punya hal yang dimiliki Arsenal dan Liverpool, yaitu motivasi. Motivasi Rodri dan rekan-rekan sedikit turun musim ini setelah meraih treble winner. Hal itu wajar, mengingat mereka sudah mencapai puncak prestasi sebagai sebuah klub. Mereka pun berada dalam fase sedikit menurun. Selain itu, faktor badai cedera juga turut membebani mereka.

Gelandang Manchester City Bernardo Silva (kiri) menerima ucapan selamat dari pelatih Manchester City Pep Guardiola di akhir pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Everton dan Manchester City di stadion Goodison Park di Liverpool, Inggris, Kamis (28/12//2023) dini hari WIB.
AFP/PAUL ELLIS

Gelandang Manchester City Bernardo Silva (kiri) menerima ucapan selamat dari pelatih Manchester City Pep Guardiola di akhir pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Everton dan Manchester City di stadion Goodison Park di Liverpool, Inggris, Kamis (28/12//2023) dini hari WIB.

Dengan kelebihan dan kelemahan tiga tim unggulan juara, persaingan gelar musim ini akan jauh lebih menarik dari sebelumnya. Apalagi terdapat tim “kuda hitam” seperti Aston Villa dan Tottenham Hotspur yang terus mengusik di papan atas. Karena itu, jika ditanya siapa calon terkuat juara? Jawabannya belum ada. (AP/REUTERS)

[ad_2]

Source link

One thought on “Separuh Musim Berlalu, Siapa Calon Terkuat Juara?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *