[ad_1]
Erick mengatakan posisi tersebut naik satu peringkat dibanding dengan tahun sebelumnya, yang menempati urutan keempat.
Data ini didasarkan pada laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) terbaru pada Selasa.
“Alhamdulillah, kemarin ramai dibahas kita di posisi empat, sekarang sudah naik satu peringkat di posisi tiga menggeser Uni Emirat Arab (UEA), ke depan, Bismillah tentu kita ingin jadi nomor satu dunia,” ujar Erick melalui keterangan di Jakarta, Selasa.
Menteri BUMN itu mengatakan Indonesia berhasil masuk dalam sepuluh besar pada sejumlah sektor seperti keuangan Islam, makanan dan minuman halal, kosmetik dan obat-obatan halal busana, serta media dan rekreasi bertema Islam.
Untuk produk makanan halal, Indonesia berada di urutan kedua. Sedangkan, pada busana halal, meraih peringkat ketiga.
Sementara, keuangan Islam berada di urutan ketujuh, media dan rekreasi di posisi enam, serta kosmetik dan obat-obatan halal di peringkat lima.
“Tentu, ini hasil yang membanggakan dan menjadi pelecut untuk kita semua meningkatkan penetrasi produk halal Indonesia,” kata Erick.
Menurut Erick, sudah sepantasnya Indonesia menjadi raja di industri halal, karena populasi umat Islamnya menjadi yang terbesar di dunia. Ia tak ingin Indonesia hanya menjadi penonton bagi industri halal dunia.
Namun demikian, masih ada satu sektor yang belum dikuasai oleh Indonesia dalam Global Islamic Economy Indicator Ranking yakni perjalanan ramah muslim.
Erick menyampaikan hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama untuk mendongkrak potensi sektor perjalanan ramah muslim di destinasi unggulan Indonesia.
“MES sejak awal terus berkomitmen bahu-membahu bersama pemerintah, BUMN, swasta, dan seluruh pihak untuk terus meningkatkan pengembangan industri halal Indonesia,” kata Erick.
Baca juga: China jadi tujuan utama ekspor produk halal Indonesia pada 2023
Baca juga: RI ekspor produk halal 42,3 miliar dolar AS hingga Oktober 2023
Baca juga: Wapres harap semakin banyak produk halal Indonesia tembus pasar global
[ad_2]
Source link