[ad_1]
Hal serupa juga terjadi untuk Jepang di Grup D. Mereka sudah berada setidaknya dua tingkat di atas tiga pesaing, yaitu Irak, Indonesia, dan Vietnam. Sulit membayangkan Jepang tidak menyapu bersih kemenangan di tiga laga babak penyisihan.
Di luar kualitas Eropa milik Iran dan Jepang, tim-tim lain juga memiliki pemain andalan yang bisa menentukan langkah mereka di Piala Asia 2023.
GRUP C
Iran: Mehdi Taremi (penyerang tengah, 31)
Permulaan musim 2023-2024 adalah periode anomali bagi penyerang tengah Iran, Mehdi Taremi. Ia baru mencetak tiga gol bersama FC Porto setelah Liga Portugal mendekati pertengahan jalan.
Padahal, di musim lalu, ia adalah peraih gelar Bola de Prata alias pencetak gol terbanyak Liga Portugal edisi 2022-2023. Itu adalah capaian kedua Taremi setelah bersama Rio Ave di musim 2019-2020.
Tidak ada pemain Iran sebelumnya yang pernah memimpin daftar pencetak gol di kompetisi top Eropa. Dengan prestasi itu, tak heran Pelatih Porto Sergio Conceicao menyebut Taremi adalah salah satu pemain terbaik di Liga Portugal saat ini.
Meski tengah memasuki periode sulit di Porto, Taremi mencatatkan masa tersubur bersama timnas Iran. Ia telah mencetak 11 gol, termasuk dua hattrick, pada periode Juni-November 2023. Sejak membela Iran pada 2015, Taremi belum pernah mencetak dobel digit gol dalam satu tahun kalender.
Itu menjadi bekal penting Taremi untuk membantu Iran bersaing di Qatar 2023. Apalagi Iran sudah terlalu lama mendampa gelar kampiun Asia sejak meraih triplet pada edisi 1968, 1972, dan 1976. Tak hanya juara, “Team Melli” juga belum pernah lagi menembus partai final Piala Asia sejak 1976.
Baca juga: Lolos 16 Besar Piala Asia, Target Indonesia Sudah Realistis?
Uni Emirat Arab: Khalid Eisa (kiper, 34)
Pengalaman Khalid Eisa di level internasional sudah tidak perlu diragukan lagi. Ia adalah bagian dari skuad Uni Emirat Arab (UEA) yang menembus dan tampil di Olimpiade London 2012. Momen itu masih kali pertama dan satu-satunya UEA tampil di panggung dunia selain Piala Dunia Italia 1990.
Setelah tampil di London, Eisa bergabung dengan klub raksasa UEA, Al Ain. Pengabdiannya bersama Al Ain selama satu dekade juga membantunya tidak sekadar mengangkat tujuh trofi domestik, tetapi juga merasakan persaingan dunia lainnya di Piala Dunia Antarklub edisi 2018.
Eisa bersama Al Ain adalah tim tuan rumah dengan perjalanan terbaik di ajang Piala Dunia Antarklub. Sebab, mereka mampu menembus partai puncak untuk menantang juara Eropa, Real Madrid. Meski gagal menghindari empat gol dari Real, Eisa berperan besar membantu kemenangan adu penalti Al Ain melawan Team Wellington (Selandia Baru) dan River Plate (Argentina).
Di Piala Asia 2023, Eisa akan menyegel posisi kiper utama sekaligus mengalami kesempatan turnamen mayor pertama sebagai kapten UEA. Untuk dua peran besar itu, Eisa menggantikan seniornya, Ali Khasif, yang sekarang menjadi deputinya di tim UEA. Performa Eisa bakal sangat menentukan sejauh mana kiprah UEA di tanah rival mereka, Qatar.
Hong Kong: Matt Orr (penyerang sayap, 26)
Matt Orr mengemban tanggung jawab besar untuk Hong Kong di Piala Asia 2023. Meskipun baru mencatatkan 18 cap internasional, Orr adalah pemain depan paling berpengalaman yang dibawa Pelatih Jorn Andersen.
Dari perawakan fisik, Orr terlihat seperti pemain naturalisasi di skuad “Si Naga”, julukan Hong Kong. Rambutnya agak pirang dan matanya tidak sipit membuatnya sekilas tidak memiliki darah Asia Timur. Tetapi, ia sejatinya adalah pemain “paling” Hong Kong di tim senior saat ini.
Memiliki ibu asli Hong Kong dan ayah berdarah Selandia Baru, Orr lahir dan besar di Hong Kong. Bahkan, ia telah membawa nama Hong Kong sejak kompetisi internasional junior di usia 13 tahun.
Baca juga: Calon Bintang Piala Asia 2023 (1): Mesin Gol Qatar dan Kapten Abadi India
Penyerang sayap yang membela klub Divisi Dua Liga China, Guangxi Pingguo Haliao, itu pun telah berpengalaman di kancah Asia. Ia membantu Hong Kong menembus perempat final Asian Games 2023 lalu. Itu adalah capaian terbaik ”Si Naga” di pesta olahraga Asia sejak 1958.
Palestina: Michel Termanini (bek tengah, 25)
Dengan kondisi negara yang tidak ideal, Palestina tetap mampu menembus putaran final Piala Asia. Qatar 2023 adalah kesempatan ketiga beruntun mereka tampil di panggung terbesar sepak bola Asia.
Tak dimungkiri, peran pemain-pemain diaspora adalah kunci bagi Palestina bersaing di level kontinental. Jika membayangkan kondisi di dalam negeri, tentu sulit bagi Palestina menyusun program pembinaan berjenjang dan kompetisi yang rutin berkesinambungan.
Michel Termanini adalah salah satu wajah diaspora Palestina yang ditempa pembinaan sepak bola di ”negara baru”. Termanini lahir dan besar di Malmo, Swedia, yang menjadi destinasi orangtuanya untuk menemukan masa depan lebih baik.
Didikan Swedia menjadi modal Termanini untuk menjalani debut di Piala Asia. Penampilan tanpa kompromi Termanini di jantung pertahanan, yang ditopang fisik kokoh setinggi 1,86 meter, bisa menentukan seberapa jauh langkah Palestina di Qatar.
Baca juga: Memori Rival (1): Irak Membuka Tabir Suap di Timnas Indonesia
Termanini telah membuktikan ketangguhannya itu di dua laga pembuka Kualifikasi Piala Dunia 2026, November lalu. Palestina hanya kemasukan satu gol dari dua laga kontra Lebanon dan Australia.
GRUP D
Jepang: Takehiro Tomiyasu (bek sayap, 25)
Takehiro Tomiyasu berpeluang tampil di Qatar 2023 setelah sembuh dari cedera yang dideritanya selama November hingga Desember ini. Meskipun tidak fit 100 persen, Pelatih Jepang Hajime Moriyasu akan berusaha untuk membawa pemain Arsenal itu.
Dengan kondisi persaingan di Grup D, Jepang kemungkinan besar akan menerapkan rotasi untuk memberikan kesempatan merata kepada 26 pemain yang dibawa ke Qatar. Itu memberikan kesempatan kepada Tomiyasu mencapai kondisi fisik terbaik ketika menghadapi fase gugur.
Tomiyasu memang bukan kapten utama tim ”Samurai Biru”, tetapi ia adalah sosok penting di ruang ganti Jepang. Kehadirannya penting, baik ketika bermain maupun saat duduk di bangku cadangan.
Pemain lulusan akademi Avispa Fukuoka itu adalah pengangkat moral rekan-rekannya serta kepanjangan tangan Moriyasu, selain kapten Wataru Endo, untuk memberikan instruksi kepada rekan-rekannya di atas lapangan.
Ketika tumbang menyakitkan melalui adu penalti di babak 16 besar Piala Dunia Qatar 2022, Kompas menyaksikan Tomiyasu menjadi pemain pertama yang memberikan komentar kepada media di mixed zone. Kala itu, ia mengingatkan Jepang butuh meningkatkan level permainan agar bisa bersaing di panggung dunia.
Indonesia: Marselino Ferdinan (gelandang, 19)
Di tengah ”gempuran” pemain diaspora dan naturalisasi di skuad Indonesia saat ini, Marselino Ferdinan merupakan pemain didikan pembinaan lokal yang punya kualitas untuk menyegel posisi utama di Piala Asia 2023.
Pemain yang merumput bersama tim Belgia, KMSK Deinze, memiliki kemampuan untuk menjadi pengatur serangan bagi skuad ”Garuda”. Kepercayaan diri Marselino untuk mengontrol bola dan melakukan take-on atau dribel melewati lawan adalah kemampuan yang jarang dimiliki gelandang Indonesia.
Berkat dua keahlian itu, Marselino telah dimanfaatkan dengan maksimal oleh Pelatih Shin Tae-yong untuk menempati beragam posisi di jantung permainan. Ia bisa tampil sebagai gelandang serang, bahkan sesekali juga bermain dari sisi sayap.
Performa buruk Indonesia pada dua laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 kontra Irak dan Filipina menunjukkan besarnya dampak kehilangan pemain didikan Persebaya Surabaya itu. Marselino tidak bisa bergabung akibat pemulihan cedera harmstring kambuhan.
Publik sepak bola Indonesia berharap Marselino dalam kondisi terbaik di Qatar 2023. Ia akan menghidupkan serangan Indonesia dari sisi tengah lapangan sehingga serangan Garuda tidak monoton bertumpu dari sisi sayap. Selain itu, tembakan jarak jauh Marselino bisa pula menjadi alternatif Indonesia memburu gol.
Irak: Mohanad Ali (penyerang tengah, 23)
Harapan Irak bersaing di Piala Asia 2023 berada di pundak Mohanad Ali. Ia adalah pencetak gol terbanyak di skuad Irak yang akan berlaga di Qatar.
Usia Ali memang masih muda, tetapi ia sudah menjalani Piala Asia kedua. Di edisi UEA 2019, Ali adalah pemain ”paling hijau” di susunan pemain inti sekaligus pencetak gol termuda bagi Irak.
Ketika itu, ia baru berusia 18 tahun. Koleksi dua gol menjadi pembuktian bakat besar Ali. Tak hanya itu, Ali juga telah mengenakan nomor punggung keramat, 10.
Lima tahun berselang, Ali tentu ingin membawa Irak tampil lebih baik dibandingkan babak 16 besar di UEA. Untuk itu, ia perlu menyumbang lebih banyak gol. Penampilan Ali juga sudah semakin berkembang, terutama dalam kemampuan unggulannya duel bola udara dan dribel.
Selain itu, Ali juga sudah tidak asing bermain di Qatar. Ia telah merasakan berkarier di Qatar bersama Al Duhail dan Al Sailiya. Selama tampil di negara Timur Tengah itu, Ali mempersembahkan gelar Liga Qatar 2019-2020 untuk Al Duhail serta Piala Qatar 2020-2021 bersama Al Sailiya.
Vietnam: Nguyen Quang Hai (gelandang, 26)
Nguyen Quang Hai tak diragukan adalah pemain terbaik Asia Tenggara saat ini. Hanya dia yang pantas disandingkan dengan bintang Thailand, Chanatip Songkrasin, jika merujuk performa di tim nasional.
Sejak level yunior, Quang Hai telah menjadi sorotan karena kemampuannya menjadi sosok penentu bagi ”Pasukan Bintang Emas”. Ketika membela skuad U-23 Vietnam, Quang Hai membantu negaranya bersinar di Asia Tenggara dan Asia.
Pemain setinggi 1,68 meter itu membawa Vietnam menembus final Piala Asia U-23 2018 dengan sumbangan lima gol. Ketajamannya itu hanya kalah dari mesin gol Qatar, Almoez Ali. Ia juga membantu Vietnam menembus semifinal Asian Games 2018. Dua prestasi di ajang kontinental itu adalah capaian terbaik sepak bola Vietnam.
Ia meninggalkan level U-23 setelah mengakhiri penantian Vietnam untuk meraih medali emas SEA Games. Itu didapatkan pada Filipina 2019 usai menumbangkan Indonesia.
Visi bermain dan keunggulan tendangan bebas Quang Hai bakal menjadi bekalnya untuk membantu Vietnam mengulangi capaian perempat final di edisi UEA 2019. Moral Quang Hai juga tengah baik setelah membantu klubnya, Cong An Ha Noi, meraih gelar Liga Vietnam perdana.
[ad_2]
Source link