[ad_1]
Selasa, 26 Desember 2023 | 11:46 WIB
Ani Nur Iqrimah / TCE
Ilustrasi bantuan air bersih. (Antara/Seno)
Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyampaikan Indonesia sedang menghadapi krisis air yang sangat serius.
Menurut Staf Khusus Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali, hanya 21% penduduk Indonesia yang memiliki akses ke air bersih dari pipa. Padahal air bersih adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia, tetapi tidak semua orang di Indonesia dapat menikmati akses air bersih yang layak.
Firdaus menjelaskan krisis tersebut mencakup keterbatasan akses terhadap air bersih dan manajemen air bersih ketika bencana seperti banjir terjadi.
“Nasional juga kita sangat prihatin sekali, di mana kita masih di bawah 21% populasi kita yang punya akses ke air perpipaan. Kenapa, tentunya yang paling save itu air perpipaan karena di luar itu bisa terkontaminasi,” ujar Firdaus saat acara JFCC Panel Discussion Road to the 10th World Water Forum, dikutip dari Antara, Selasa (26/12/2023).
Lebih lanjut, dunia saat ini juga tengah menghadapi tantangan serius, yaitu populasi global mencapai 8 miliar jiwa dan mengalami krisis air yang memprihatinkan. Permintaan air meningkat secara signifikan, tetapi air bersih tercemar dan infrastrukturnya tidak memadai.
Tantangan ini tidak hanya dialami oleh negara-negara berkembang, tetapi juga negara maju. Bahkan, negara-negara maju pun menghadapi masalah, terutama terkait penuaan atau ketertinggalan infrastruktur sumber daya air mereka.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya akses air bersih di Indonesia, antara lain:
– Kurangnya investasi pada infrastruktur dan pengelolaan air, baik dari pemerintah maupun swasta. Menurut Menteri BUMN Erick Thohir, sebagian besar perusahaan air bersih di Indonesia masih mengalami kerugian dan membutuhkan restrukturisasi.
– Ketimpangan harga air bersih antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara golongan masyarakat. Sebagian masyarakat Indonesia masih menghadapi tantangan ketimpangan harga air bersih di wilayah pedesaan dan perkotaan.
– Polusi dan pencemaran sumber air, baik dari limbah industri, pertanian, maupun rumah tangga. Hal ini menyebabkan kualitas air menurun dan berisiko menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang mengonsumsinya.
– Perubahan iklim dan bencana alam, yang dapat mengganggu ketersediaan dan distribusi air bersih. Misalnya, musim kemarau yang panjang dapat menyebabkan kekeringan dan krisis air, sementara musim hujan yang ekstrem dapat menyebabkan banjir dan longsor yang merusak infrastruktur air.
Akses air bersih di Indonesia masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak, tidak terkecuali calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang maju di Pilpres 2024.
Untuk mengatasi akses air bersih masyarakat Indonesia, paslon nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar dalam visi misinya akan meningkatkan ketersediaan dan keandalan layanan air bersih dan sanitasi yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar warga.
Capres Prabowo Subianto dan cawapres Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, akan melaksanakan pipanisasi air bersih, dan menjamin akses akan air bersih, terutama bagi kelompok masyarakat miskin, baik di perkotaan maupun di pedesaan, pulau terluar, dan pulau terpencil.
Hal ini juga telah mulai dilaksanakan oleh Prabowo sebagai menteri pertahanan yang bekerja sama dengan Universitas Pertahanan membuat proyek penyediaan sumber air bersih dengan metode sumur bor dan pipanisasi yang tersebar di lima desa di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Tidak kalah, paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD juga akan mengupayakan kampung sehat dan memperbaiki kampung kumuh di desa dan kota, dengan hunian layak, sanitasi sehat, air minum dan air bersih.
[ad_2]
Source link