[ad_1]
Big Stories 2023
Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
News
Jumat, 29/12/2023 11:00 WIB
Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan raksasa migas global yakni Shell akhirnya resmi undur diri dari proyek gas raksasa Blok Masela, Maluku pada tahun ini. Shell yang hengkang dari Proyek Strategis Nasional (PSN) ini digantikan oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang bekerjasama dengan Petronas Masela Sdn. Bhd.
Berita Shell yang melepas 35% sahamnya di Blok Masela ini menjadi salah satu berita hangat yang diminati pembaca CNBC Indonesia sepanjang tahun 2023. Sehingga berita ini masuk ke dalam Big Stories CNBC Indonesia 2023. Simak ulasannya:
Perginya Shell di Blok Masela ditandai dengan penandatanganan perjanjian jual beli antara konsorsium Pertamina dengan Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (SUOS) anak usaha Shell, untuk pengambilalihan hak partisipasi atau participating interest (PI) sebesar 35%.
Adapun nilai akuisisi dari PI 35% tersebut totalnya mencapai US$ 650 juta atau Rp 9,75 triliun. Dalam proses akuisisi ini, Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bekerja sama dengan Petronas Masela Sdn. Bhd.
Mengutip laman resmi Shell.com, perjanjian pembelian 35% PI Blok Masela senilai US$ 650 juta itu meliputi US$ 325 juta dalam bentuk tunai dengan tambahan jumlah kontingen sebesar US$ 325 juta yang harus dibayarkan pada saat FID (Final Investment Decision) diambil pada proyek gas lapangan Abadi Masela.
Transaksi tersebut memiliki tanggal efektif 1 Januari 2023 dan ditargetkan akan selesai pada kuartal ketiga 2023, dengan syarat penyelesaian, antara lain, persetujuan regulasi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Keputusan untuk menjual partisipasi kami di Masela PSC sejalan dengan fokus kami pada alokasi modal yang disiplin,” kata Direktur Gas dan Hulu Terintegrasi Shell Zoë Yujnovich, Selasa (25/7/2023).
“Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pemangku kepentingan, terutama Pemerintah Indonesia atas dukungan mereka selama proses pengalihan ini. Shell tetap aktif di Indonesia dan terus berkontribusi dalam perjalanan transisi energi negara,” tambahnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menilai alih-alih Pertamina membeli PI dari Shell, seharusnya perusahaan migas pelat merah ini bisa masuk ke Blok Masela tanpa mengeluarkan uang sepeserpun.
“Siapa tahu tidak ada harga kan lebih mantap. Iya dong ngapain bayar-bayar,” ungkap Djoko saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Selasa (4/7/2023).
Menurut Djoko, dalam regulasi apabila Inpex selaku operator dan mitranya yakni Shell tidak melakukan kegiatan sama sekali hingga 5 tahun sejak rencana pengembangan atau PoD ditandatangani pada 2019, Blok Masela bisa saja kembali ke negara. Dengan demikian, negara bisa menugaskan Pertamina untuk masuk ke dalam Blok Masela.
Namun demikian, PoD juga dapat diperpanjang apabila operator belum mendapatkan komitmen PJBG. Hal tersebut termuat dalam aturan turunan lainnya.
“Jadi yang harus dikejar adalah pembeli gasnya PJBG nya, kalo gak ada pembeli gas nya ya ga akan dikembangkan. Itu yang paling penting di hulu migas regulasinya mengatakan itu,” kata Djoko.
Terpisah, Praktisi minyak dan gas bumi (migas) Hadi Ismoyo menilai masuknya Pertamina ke dalam pengelolaan Blok Masela dinilai kurang tepat. Apalagi kalau hal tersebut dilakukan sebagai aksi korporasi.
Menurut Hadi cukup beresiko apabila yang dilakukan Pertamina ini merupakan aksi korporasi semata. Sebab, proyek Blok Masela hingga kini belum mendapatkan kesepakatan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) atau Gas Sales Agreement (GSA) dengan calon buyer.
“Sampai saat ini tak satupun GSA ditandatangani, sedangkan salah satu syarat pengembangan gas, harus sudah ada GSA untuk memastikan pengambilan investasi dan profit,” ujar Hadi beberapa waktu lalu.
Namun demikian, jika hal tersebut merupakan penugasan dari Pemerintah, menurut Hadi sebaiknya negara dapat memberikan back up dengan aspek legal yang proper untuk Pertamina. Sehingga Pertamina tidak akan disalahkan di kemudian hari.
Meski begitu, ia menilai bergabungnya Petronas dalam proses akuisisi PI 35% tersebut patut didukung. Mengingat ini sebagai bagian dari sharing risk Pertamina di Blok Jumbo tersebut. “Terkait masuknya Petronas, tentu langkah yang baik dan patut didukung,” kata Hadi.
Di samping itu, ia juga menyebut bahwa dari segi pengalaman Petronas sudah tidak diragukan lagi. Apalagi mereka mempunyai fasilitas Floating liquefied natural gas (FLNG).
(pgr/pgr)
[ad_2]
Source link