[ad_1]
Moskow –
Alexei Navalny secara terang-terangan melontarkan kritik terhadap Putin (Reuters)
Alexei Navalny, figur populer dari kelompok oposisi yang berseberangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, meninggal di sebuah penjara di kawasan Arktik, Jumat (16/02).
Navalny, yang dianggap kritikus paling keras terhadap Putin, tengah menjalani hukuman penjara 19 tahun. Vonis terhadapnya dinilai bermotif politik.
Navalny dipindahkan ke sebuah pulau khusus yang dibangun sebagai penjara pada tahun 2023. Penjara di distrik Yamalo-Nenets, Lingkar Arktik, itu diyakini sebagai salah satu penjara terberat di Rusia.
Pengelola penjara tersebut mengatakan bahwa Navalny “merasa tidak enak badan” setelah sempat berjalan-jalan pada Jumat ini.
“Navalny hampir segera kehilangan kesadaran,” ujar pimpinan penjara itu dalam sebuah pernyataan.
Menurut pernyataan tersebut, tim medis darurat segera dipanggil dan telah berusaha menyadarkan Navalny. Namun mereka diklaim tidak berhasil.
“Dokter darurat menyatakan tahanan itu meninggal. Penyebab kematiannya sedang selidiki,” papar keterangan resmi itu.
Pengacara Navalny, Leonid Solovyov, mengatakan kepada media Rusia bahwa dia belum akan mengeluarkan komentar.
Namun ajudan dekat Solovyov, Leonid Volkov, menulis di X: “Pihak berwenang Rusia menerbitkan pengakuan bahwa mereka membunuh Alexei Navalny di penjara. Kami tidak memiliki cara untuk mengonfirmasi atau membuktikannya ini tidak benar.”
Navalny muncul dalam sebuah video pada persidangan terhadapnya, Mei 2022 (Getty Images)
Beberapa menit setelah kematian Navalny diumumkan oleh otoritas penjara, komunitas internasional melontarkan belasungkawa dengan memuji keberanian “musuh domestik terbesar Vladimir Putin” tersebut.
Pemerintah Prancis menyatakan Navalny “membayar dengan nyawanya” karena melawan “penindasan” Rusia.
Menteri Luar Negeri Norwegia, Espen Eide, menyebut pemerintah Rusia memikul tanggung jawab besar atas kematian Navalny.
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, berkata bahwa kematian Navalny telah dilaporkan kepada Putin yang saat ini sedang melakukan perjalanan dinas ke kota Chelyabinsk.
Sebagian besar oposan Putin telah meninggalkan Rusia. Berbeda dengan mereka, Navalny kembali ke Rusia pada Januari 2021, setelah berbulan-bulan menjalani perawatan medis.
Pada Agustus 2020, Navalny diracun dengan Novichok pada perjalanannya ke Siberia. Navalny lantas segera dilarikan ke Jerman untuk menjalani perawatan spesialis.
Saat pulang dari Jerman itulah dia ditahan di Moskow. Navalny terus mendekam di penjara selama 37 bulan setelahnya.
Navalny telah berupaya menantang kekuasaan Vladimir Putin melalui proses elektoral pemilu. namun ia dilarang mencalonkan diri dalam pemilihan presiden tahun 2018.
Dalam pemilu Maret mendatang, Putin tidak akan tertandingi oleh figur oposisi yang memiliki popularitas setara Navalny.
Calon presiden yang mengklaim antiperang, Boris Nadezhdin, juga telah dilarang mencalonkan diri. Alasannya adalah dugaan kejanggalan dalam ribuan tanda tangan yang diserahkan untuk mendukung pencalonannya.
Reuters
Sebelum Navalny, sejumlah figur terkemuka Rusia tewas setelah secara terbuka menentang pemerintahan Vladimir Putin.
Pemimpin oposisi Boris Nemtsov ditembak mati di jembatan Moskow dekat Kremlin pada tahun 2015.
Bos tentara bayaran Wagner Yevgeny Prigozhin terbunuh pada Agustus 2023 dalam kecelakaan pesawat beberapa minggu setelah memimpin pemberontakan bersenjata. Insiden pesawatnya hingga saat ini tidak diungkap ke publik.
Dalam sejumlah kesempatan, Navalny berulang kali menertawakan kekhawatiran teman-temannya terhadap kesehatannya.
Navalny dipindahkan dari sebuah koloni hukuman di timur Moskow pada Desember 2023. Dia tidak terlihat selama berminggu-minggu sampai dia muncul kembali di koloni hukuman di kota Kharp di Arktik.
Navalny mengatakan dia telah dibawa dalam perjalanan 20 hari keliling Rusia. Kepada wartawan yang hadir di pengadilan, Navalny berkata melalui video bahwa kondisinya “jauh lebih baik” dibandingkan di penjara sebelumnya.
Selama menjalani pemenjaraan, Navalny berulang kali dihukum dan dijebloskan ke kurungan isolasi. Juru bicaranya, Kira Yarmysh, mengatakan bulan lalu dia telah menghabiskan lebih dari 280 hari dalam isolasi.
Merujuk vonis terhadapnya dalam kasus ekstremisme Agustus lalu, Navalny baru akan meninggalkan penjara pada usia 70 tahun. Ini adalah hukuman penjara ketiganya dan para pendukungnya menuduh Kremlin berusaha membungkamnya selamanya.
Aktivis hak asasi manusia dan jurnalis Rusia, Eva Merkacheva, mengatakan bahwa Navalny telah ditempatkan di sel isolasi setidaknya 27 kali. Menurutnya, penghukuman itu turut berperan dalam kematian Navalny.
Merkacheva berkata, dokter tahu bahwa hukuman seperti itu sangat berbahaya bagi tubuh manusia sehingga, berdasarkan undang-undang, tidak seorang pun bisa diberikan isolasi lebih dari 15 hari.
Selamat dari racun Novichok
Pertikaian Navalny dengan Putin bersifat sangat personal. Dia menuduh Putin memerintahkan agen intelijen Rusia untuk meracuninya.
Agustus 2020, Navalny nyaris tewas akibat keracunan. Dia pingsan saat pesawat yang ditumpanginya terbang di atas kawasan Siberia.
Setelah pesawat itu melakukan pendaratan darurat, Navalny dilarikan ke rumah sakit di Kota Omsk. Navalny mengalami koma.
Sebuah badan amal yang berbasis di Jerman waktu itu membujuk otoritas Rusia mengizinkan mereka menerbangkan Navalny ke Berlin untuk perawatan.
Alexei Navalny saat menjalani pemulihan kesehatan di Berlin. Dia dipotret bersama istrinya, Yulia, dan putranya, Zakhar (BBC)
Pada 2 September 2020, pemerintah Jerman menyebut bahwa tes medis yang mereka lakukan menemukan “bukti tegas adanya racun saraf kimiawi” dalam tubuh Navalny.
Jerman menduga racun itu adalah Novichok.
Ini adalah senjata kimia yang hampir membunuh mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia, di Salisbury, Inggris, pada Maret 2018.
Seorang perempuan di kota itu belakangan meninggal karena terpapar racun Novichok.
Rusia membantah keterlibatan mereka dalam upaya meracuni Navalny. Mereka juga mengelak dari tuduhan penggunaan racun Novichok.
Namun Putin mengakui bahwa pemerintah Rusia mengawasi Navalny. Menurutnya pengawasan itu dapat dibenarkan. Alasannya, kata Putin, intelijen Amerika Serikat membantu Navalny.
Alexei Navalny menyamar sebagai pejabat keamanan Rusia saat menelepon agen intelijen yang dia duga terlibat dalam upaya meracuninya (Reuters)
Kelompok investigator Bellingcat menyebut agen intelijen luar negeri Rusia adalah pihak yang meracuni Navalny.
Dalam proses investigasi yang dramatis, Navalny menyamar sebagai pejabat keamanan senior Rusia. Dia menelepon dan merekam pengakuan salah satu agen telik sandi lembaga tersebut.
Oktober 2020, Uni Eropa menjatuhkan sanksi pada enam pejabat tinggi Rusia dan pusat penelitian senjata kimia negara itu.
Uni Eropa menuduh mereka terlibat langsung dalam upaya meracuni Navalny. Sanksi lanjutan dijatuhkan Uni Eropa dan Amerika Serikat Maret lalu.
Sebelum ini, Navalny sudah dua kali menjadi target. Dia sempat hendak diracuni pewarna hijau antiseptik. Navalny juga pernah menderita luka bakar kimia di matanya.
Kembali ke Rusia dan penjara
Saat memulihkan diri dari keracunan Novichok di Jerman, Navalny bersikeras akan kembali ke Rusia setelah merasa cukup sehat.
Dia menyatakan tidak ingin menjalani pengasingan politik. Itu ditepatinya pada 17 Januari silam, saat dia terbang dari Berlin menuju Moskow.
Navalny ditahan tak lama setelah mendarat di Moskow (Getty Images)
Tujuan akhir penerbangannya Navalny itu dialihkan ke bandara lain oleh otoritas Rusia. Mereka ingin membatasi jumlah orang yang menyambut Navalny. Namun dia akhirnya masih bisa ditemui para pendukungnya.
Meski begitu, sekelompok polisi sudah menanti Navalny. Saat menjalani pemeriksaan paspor, dia ditangkap.
Saat ditahan, beberapa demonstrasi antipemerintah terbesar dalam beberapa tahun terakhir terjadi di seluruh Rusia.
Puluhan ribu orang turun ke jalan. Ribuan pendemo ditahan polisi.
Navalny kemudian dibawa ke pengadilan. Walau menyebut peradilan itu sebagai pelecehan terhadap keadilan, Navalny akhirnya dijatuhi hukuman dua setengah tahun penjara.
Navalny, menurut putusan pengadilan, melanggar pembebasan bersyarat pada hukuman yang dia jalani sebelumnya.
Navalny lalu dikirim ke salah satu penjara paling berat di Rusia, yaitu Penal Colony No.2.
“Saya tidak menyangka bahwa sangat mungkin mendirikan kamp konsentrasi yang hanya berjarak 100 kilometer dari Moskow,” tulis Navalny di akun Instagram miliknya, tak lama setelah tiba di sana.
“Ada kamera pengawas di mana-mana, semua orang diawasi dan atas pelanggaran sekecil apa pun, para sipir membuat laporan,” ujarnya.
Navalny membandingkan kondisi penjara itu dengan kisah dalam novel karya George Orwell, 1984.
Navalny berkata, dia dibangunkan penjaga penjara setiap jam sepanjang malam. Mereka melarangnya tidur dengan dalih bahwa dia adalah tahanan “berisiko tinggi” yang bisa mencoba melarikan diri.
Pertengahan Maret lalu, Navalny mulai mengeluhkan masalah kesehatan. Dia mengalami sakit punggung. Lengan dan kakinya mulai mati rasa.
Navalny meminta agar dokter dari luar penjara memeriksa kondisinya, tapi permohonan itu ditolak. Dia kemudian mogok makan sebagai bentuk protes.
Pada 16 April lalu, puluhan selebriti dari seluruh dunia menandatangani surat terbuka untuk Putin. Mereka menuntut agar Navalny menerima perawatan medis yang dia butuhkan.
Dua hari setelahnya, para pendukungnya dan sejumlah dokter berkata bahwa hasil tes darah Navalny menunjukkan penurunan kesehatan yang serius.
Keesokan harinya, otoritas penjara menyatakan Navalny telah dipindahkan ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan, kata mereka, menunjukkan bahwa kondisi kesehatan Navalny “memuaskan”.
Dalam wawancara dengan BBC, Duta Besar Rusia untuk Inggris, Andrei Kelin, mengatakan bahwa Navalny tidak dalam bahaya.
“Tentu saja dia tidak akan diizinkan mati di penjara, tapi saya dapat berkata bahwa Navalny berperilaku seperti fans sepak bola yang brutal, yang berusaha melanggar setiap aturan yang telah ditetapkan,” kata Kelin.
Menurutnya, Navalny sedang berusaha menarik perhatian.
Navalny menuduh istana megah di tepi Laut Hitam ini dihadiahkan konglomerat untuk Putin sebagai bentuk suap (YouTube/Alexei Navalny)
Kampanye antikorupsi
Munculnya Navalny sebagai salah satu kekuatan dalam perpolitikan Rusia dimulai tahun 2008.
Ketika itu dia menulis dugaan penyalahgunaan kewenangan dan korupsi di beberapa perusahaan besar yang dikendalikan pemerintah Rusia.
Salah satu taktik Navalny untuk mengetahui itu adalah dengan menjadi pemegang saham minoritas di perusahaan minyak dan bank.
Dia lalu mengajukan pertanyaan aneh tentang lubang dalam keuangan negara.
Di media sosial, Navalny menjangkau pengikutnya yang sebagian besar anak muda dengan bahasa yang tajam. Dia juga mencela sejumlah korporasi yang setia kepada Putin.
Navalny berbicara dengan bahasa jalanan khas generasi muda Rusia. Dia menggunakannya untuk memberi pengaruh yang kuat di media sosial.
Yayasan Anti Korupsi (FBK) miliknya sejauh ini sudah membuat tuduhan yang rinci tentang korupsi sejumlah pejabat Rusia.
Salah satu tuduhan itu dia kemas dalam video yang baru-baru ini dia unggah ke YouTube. Video itu tentang istana mewah yang luas milik Putin di tepi Laut Hitam.
Navalny menuduh, istana itu dihadiahkan sejumlah konglomerat Rusia kepada Putin. Dia menyebutnya sebagai “suap terbesar dalam sejarah”.
Video yang diterbitkan setelah penangkapan Navalny itu sudah ditonton lebih dari 100 juta kali.
Kremlin menyangkal tuduhan itu dan menyebutnya sebagai “penyelidikan palsu”.
Putin pun menyangkal klaim tersebut dan menyatakan tuduhan itu “membosankan”.
Konglomerat sekaligus teman dekat Putin, Arkady Rotenberg, mengatakan istana itu adalah miliknya.
Biodata Alexei Navalny
- Lahir 4 Juni 1976 di Butyn, di wilayah Moskow
- Lulus bidang hukum di Universitas Persahabatan Moskow pada tahun 1998
- Menjadi anggota komunitas peneliti tamu di Univeristas Yale tahun 2010
- Tinggal di Moskow bersama istrinya Yulia. Mereka memiliki dua anak, yaitu Daria (kini sekolah di AS) dan Zakhar.
Navalny ditangkap dan dipenjara selama 15 hari setelah unjuk rasa pada Desember 2011. Juli 2013, dia kembali dipenjara dalam kasus penggelapan di kota Kirov. Hukuman lima tahun penjara terhadapnya secara luas dipandang politis.
Navalny tiba-tiba diizinkan keluar dari penjara untuk berkampanye dalam pemilihan wali kota Moskow. Meraih 27% suara, dia duduk di peringkat kedua, kalah dari sekutu Putin, Sergei Sobyanin.
Walau begitu, pencapaian Navalny tersebut dianggap kesuksesan yang dramatis karena dia tidak memiliki akses ke televisi pemerintah. Dia hanya mengandalkan internet dan kampanye dari mulut ke mulut.
Pada sidang kasus pidana pertamanya, Navalny harus pulang-pergi selama 12 jam dari Moskow menuju Kirov dan rute sebaliknya (AFP)
Hukuman penjara bagi dia akhirnya dibatalkan Mahkamah Agung Rusia, menyusul keputusan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa bahwa Navalny tidak menjalani persidangan yang adil.
Dalam persidangan ulang tahun 2017, dia divonis untuk kedua kalinya dan dijatuhi hukuman percobaan lima tahun.
Dia menyebut putusan itu konyol dan menuding itu semua adalah upaya untuk menghambatnya mengikuti pemilu 2018.
Navalny berkata kepada BBC, hal terbaik yang bisa dilakukan negara-negara Barat untuk keadilan di Rusia adalah menindak “uang kotor”.
“Saya ingin orang-orang yang terlibat dalam korupsi dan penganiayaan terhadap aktivis dilarang memasuki negara-negara [Barat] ini karena visa mereka ditolak.”
Kritik terhadap Navalny
Navalny telah berbicara di ajang ultra-nasionalis sehingga mencemaskan kaum liberal.
Setelah hukumannya, dia menjadi fokus kontroversi baru atas komentar xenofobia yang dia buat di masa lalu, yang tidak dia sangkal.
Amnesty International mencabut statusnya sebagai “tahanan hati nurani” atas dasar video yang berasal dari tahun 2007.
Dalam video itu Navalny membandingkan konflik etnis dengan kerusakan gigi dan menyamakan imigran dengan kecoak.
Amnesti masih menyerukan pembebasannya, tapi menganggap dia dianiaya karena berkampanye melawan Presiden Putin.
Navalny juga menyebut Semenanjung Krimea “secara de facto adalah milik Rusia”. Itu dia katakan meski ada kecaman internasional atas pencaplokan wilayah Ukraina oleh Rusia tahun 2014.
Terlepas dari jaringan antikorupsinya yang terorganisir dengan baik, ada keraguan tentang kemampuannya untuk memobilisasi dukungan yang signifikan di luar Rusia dan beberapa kota lainnya.
(nvc/nvc)
[ad_2]
Source link