[ad_1]
Pada tahap pra-krisis, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyiapkan peningkatan sumber daya kesehatan, pengelolaan risiko krisis dan pengurangan risiko.
Lalu, tahapan kedua, yakni tanggap darurat. Pada tahap ini Dinas Kesehatan DKI Jakarta memaksimalkan respons masyarakat terkait seluruh kondisi atau kedaruratan secara cepat dan tepat.
Kemudian, tahapan terakhir, yakni pascakrisis yang ditujukan untuk mengembalikan kondisi sistem kesehatan masyarakat seperti pada kondisi pra-krisis.
Adapun data penyakit yang sering muncul saat musim hujan dan banjir seperti diare, demam tifoid (bakteri yang menyebar melalui makanan dan air), dermatitis (peradangan pada kulit), Leptospira (bakteri), tetanus, gigitan ular serta Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Sampai 8 Januari 2024, ‘incidence ratio’ (angka kejadian) DBD 34,71 per 100.000 penduduk,” kata Ani.
Baca juga: Pemkot Jakpus dan Puskesmas sosialisasi penyakit di musim hujan
Kedua, menutup rapat tempat-tempat penampungan air dan ketiga mendaur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menimbulkan perkembangbiakan nyamuk yang menularkan demam berdarah.
Keempat, mengganti air di pot tanaman setiap hari dan kelima menimbun barang-barang bekas atau plastik sampah yang digenangi air hujan seperti ban bekas. Plus-nya, yaitu melakukan pencegahan DBD saat musim hujan.
“Menguatkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) bersama kader kesehatan dan hubungi petugas kesehatan apabila ada keluhan kesehatan yang muncul,” kata Ani.
[ad_2]
Source link